TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Kementerian Kelautan dan Perikanan Saut Hutagalung mengatakan pemerintah membuat tim kecil untuk menyederhanakan prosedur dan mempercepat sertifikasi SNI (Standar Nasional Indonesia) bagi produk UKM. Tim kecil ini terdiri atas Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, BPOM, dan Badan Standarisasi Nasional.
"Mengingat sebentar lagi ada MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN), koordinasi ini juga untuk membendung produk impor yang masuk," kata Saut saat ditemui di Kementerian Kelautan dan Perikanan, Selasa, 18 Agustus 2015.
Menurut Saut, selama ini pengurusan sertifikasi SNI membutuhkan waktu lama karena harus menyesuaikan cara produksinya sesuai standar. "Lamanya di perbaikan (ketika mereka harus memperbaiki)."
Dengan tim ini, pemerintah akan memfasilitasi berbagai hal dalam mendapatkan SNI, seperti perizinan pemerintah daerah, pemanfaatan laboratorium, dan lain sebagainya.
Saut mengatakan produk perikanan yang sudah bersertifkasi SNI baru mencapai sebelas buah dari puluhan ribu produk yang ada. Dengan demikan, bukan berarti banyak produk perikanan tidak aman dikonsumsi. "Label SNI diperlukan untuk daya saing produk dan meyakinkan konsumen dalam membeli."
Saat ini hampir semua produk perikanan mengantongi perizinan Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT). "Basic-nya, PIRT semua sudah punya," kata Saud.
Berdasarkan data statistik Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) tahun 214, sebaran unit pengolahan ikan skala mikro-kecil berjumlah 58.256 unit. Umumnya unit pengolahan ini merupakan UKM skala rumah tangga dengan kemampuan sumber daya manusia dan finansial terbatas.
Jenis olahan UMKM didominasi olahan ikan pindang, ikan asin, dan ikan asap sebanyak 67 persen, kerupuk ikan dan abon ikan 17,9 persen, terasi ikan dan tepung ikan 6 persen. Selain itu, olahan ikan segar dan ikan beku mencapai 4,9 persen, serta sisanya, 4,1 persen, meliputi olahan bakso ikan, empek-empek ikan, otak-otak ikan, dan olahan produk value added lain.
ALI HIDAYAT