TEMPO.CO, Jakarta - Anggota DPR Airlangga Hartarto setuju dengan gagasan Rizal Ramli soal pembelian pesawat Airbus A-350. Menteri Koooedinator Kemaritiman dan Sumber Daya itu minta Menteri BUMN Rini Seomarno membatalkan pembelian pesawat untuk Garuda Indonesia. Airlangga menganggap ide Rizal Ramli tepat untuk efisiensi.
Menurut Airlangga, pernyataan itu menjadi peringatan kepada Garuda yang merupakan badan usaha milik negara. Bahwa keputusan tersebut, kata dia, akan berdampak pada keuangan negara bila investasi tidak tepat sasaran. Hal yang sama, ujarnya, juga berlaku bagi penerbangan Garuda untuk jalur domestik yang termasuk andalan bagi keuntungan usaha perusahaan itu.
"Pesawat A350 berbadan lebar teknologi terkini merupakan penerbangan jarak jauh atau penerbangan internasional yang persaingannya cukup ketat,” ujarnya dalam keterangannya kepada wartawan, Selasa, 18 Agustus 2015. Menurutnya, selain Qatar Airlines, pemain utama di rute internasional termasuk Singapore Airlines, Etihad, Emirat, Cathay Pacific , dan Eva Air yang secara kompetitif lebih efisien untuk menarik penumpang.
“Karena itu, langkah preventif yang dilakukan Menko Rizal Ramli sudah cukup tepat, dalam rangka melakukan efisiensi anggaran negara. Kita harus mengapresiasi langkah Rizal Ramli," kata Airlangga, Selasa, 18 Agustus 2015. Untuk pembelian 30 unit pesawat Airbus A350 dengan harga US245 juta per unit dibutuhkan dana sebanyak Rp99 triliun.
Pembiayannya direncanakan melalui Cina Avition Bank, bukan menggunakan bank domestik karena bank dalam negeri tidak bisa membiayai pinjaman jangka panjang ditambah tingkat suku bunga yang tidak kompetitif.
Dia menilai skema pembelian tersebut tergolong unik karena barang buatan Prancis itu dibeli dengan pembiayaan Cina. Padahal, neraca Garuda merugi Rp 4,87 triliun pada akhir 2014 dengan modal sebesar Rp 10 triliun. Pembelian pesawat itu akan memerlukan jaminan keuangan negara.
Berdasarkan aturan Bank Indonesia tentang keterbatasan Legal Lending Limit membuat bank terbesar seperti Bank Mandiri maupun Bank BRI tidak mampu menyediakan pembiayaan pembelian 30 pesawat Airbus.
Menurut Airlangga, pinjaman luar negeri memang cukup beresiko rugi seperti pernah terjadi pada Merpati Airlines. Saat itu Merpati juga menggunakan bank yang sama-sama dari Bank China. "Kalau pinjaman menggunakan jaminan pemerintah, maka pemerintah beresiko menanggung kerugian seperti yang dialami Merpati," katanya.