TEMPO.CO, Jakarta - SENDIRIAN dalam ruang masinis, Takahiro Higuchi melakukan kegiatan yang sepintas aneh. Setiap beberapa menit sekali, ia menggumamkan sepatah-dua patah kata sembari menunjuk panel di depannya. “Patan yoshi! Brake yoshi!” terucap dari mulut Higuchi.
Selepas itu, pandangannya kembali lurus ke depan. Tangan kirinya memegang tuas rem, dan tangan kanannya di atas tuas persneling. Kereta yang dikemudikan Higuchi melaju semakin kencang, dan mendekati sebuah terowongan, panel kecepatan digital menunjukkan angka 236 kilometer per jam.
Higuchi, 37 tahun, adalah masinis kereta cepat Shinkansen Asama 614 rute Karuizawa-Tokyo. Pekan lalu, dia mengizinkan Tempo dan rombongan dari East Japan Railway Company (JR East) selaku operator Shinkansen, serta Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, Transportasi, dan Pariwisata Jepang, berada dalam kabin masinis.
Tempo lalu menanyakan perihal perilaku “tunjuk dan sebut” itu kepada pejabat Departemen Internasional JR East, Yoko Kato. Ternyata perilaku itu adalah bagian dari budaya kerja perusahaan yang dikenal dengan nama Shisakanko, yang berarti “tunjuk dengan jari dan ucapkan”. “Tujuannya untuk memastikan tidak ada prosedur yang dilewati,” tuturnya.
Perjalanan Tokyo-Karuizawa dan sebaliknya adalah bagian dari tur Shinkansen yang digagas Kementerian Luar Negeri bagi jurnalis. Rute ini dipilih karena karakteristiknya yang mirip dengan calon jalur kereta cepat Jakarta-Bandung. Di proyek ini, Jepang dan Cina tengah bersaing sengit untuk menjadi pemenang.
Menurut Kato, rute Tokyo-Karuizawa, yang masuk jaringan Hokuriku Shinkansen, memiliki jarak 146 kilometer dengan kemiringan pendakian maksimal 1,7 derajat. Kondisi ini bersesuaian dengan kajian yang dilakukan JICA yang menyebutkan bahwa jarak Jakarta-Bandung (Gedebage) ditaksir sekitar 140 kilometer dengan kemiringan pendakian 1,7 derajat.
Selanjutnya >> Harga tiket Shinkansen...