TEMPO.CO, Jakarta - Bisnis hotel di Indonesia semakin berkibar. Para pengusaha hotel kini mulai bergeser mengincar segmen perhotelan di kota-kota menengah atau sekunder seperti di Kebumen, Lombok, Berau, Banjar Baru.
Managing Director Dafam Hotel Management (DHM), Andhy Irawan, menuturkan kota-kota menengah memerlukan hotel sebagai pendukung kegiatan bisnis dan pariwisata. Sayangnya, belum banyak pengembang yang berani melakukan pengembangan di area tersebut.
“Orang cenderung masih menunggu untuk masuk ke kota sekunder. Kami pun masuk sebagai pionir,” tuturnya di setelah acara peluncuran Dafam Hotel Cisarua di Jakarta, Rabu (12 Agustus 2015).
Contoh kota Dafam memiliki catatan okupansi hotel yang bagus adalah Jember, Jawa Timur dan Cilacap, Jawa Tengah. Saat ini perusahaan sedang tahap penjajakan lahan di Berau, Kalimantan Timur.
Adapun DHM sudah mengoperasikan 17 bangunan hotel, kondominium hotel (kondotel), dan vila hotel (vilatel) yang tersebar di beberapa kota Tanah Air, seperti Surabaya, Kebumen, Bali, Lombok, dan Makassar.
Perusahaan sedang dalam dahap pengembangan 20 hotel lainnya yang direncanakan rampung pada kuartal I/2017. Andhy menargetkan Dafam bisa memiliki 100 hotel pada 2020.
Pada produk kondotel, perusahaan menawarkannya dalam tiga kelas, yakni bujet, bintang tiga, dan bintang empat. Harga jual rata-rata masing-masing kelas ialah Rp300 jutaan, Rp500 jutaan, dan Rp700 jutaan.
“Kami punya bintang tiga ada 10 hotel, bintang empat 1 hotel di Banjar Baru , sisanya bujet,” tuturnya.
Korelasi Pariwisata
Menurut Andhy penting bagi sebuah hotel mengedepankan unsur kebudayaan nasional dan daerah. Oleh karena itu, dalam setiap produknya dia menyediakan galeri UMKM, pusat kesenian, dan kuliner lokal. Konsep ini juga bisa disebut sebagai corporate culture responsibilities.
Pria yang juga menjabat sebagai Ketua Badan Promoso Wisata Jawa Tengah ini mengatakan pentingnya hotel mendukung sektor pariwisata. Artinya, manajemen perlu memberikan edukasi dan kemudahan aksesbilitas bagi pendatang untuk mencapai lokasi-lokasi wisata.
Chief Marketing Officer Hospitality & Leisure Group PT Lippo Karawaci Tbk., Rosmalia Hardman, menuturkan bisnis perhotelan berkaitan erat dengan sektor pariwisata. Meningkatnya potensi turis di beberapa kota sekunder mendongkrak kebutuhan properti hotel, seperti di Jember.
Beberapa waktu lalu, Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya menuturkan proyeksi industri turisme di Indonesia sampai dengan 2019 masih membutuhkan banyak investasi.
Di antaranya adalah 100 marina, 300 taman rekreasi standar internasional, 10.000 agen travel, 120.000 kamar hotel, dan 100 zona wisata bahari berstandar internasional.
"Kita masih butuh investor, di antaranya pengusaha properti,” ujarnya pada Bisnis.com, Kamis (15 Januari 2015)