TEMPO.CO, Yogyakarta - Meski nilai tukar rupiah terhadap dolar masih melemah di kisaran Rp 13.700 per dolar Amerika, belum terlihat adanya lonjakan kunjungan wisatawan mancanegara ke Yogyakarta. Pada bulan Juli-Agustus, biasanya wisatawan tersedot ke kawasan Keraton Yogyakarta sebelum melanjutkan perjalanan ke Candi Borobudur atau Prambanan.
Petugas Tepas Pariwisata Keraton Yogyakarta Amirul mengatakan pada dua pekan pertama bulan ini, kunjungan wisatawan mancanegara ke keraton hampir sama dengan tahun lalu. "Sekitar 500-700 orang per hari, seperti tahun lalu, tak ada efek penguatan dolar," ujar Amirul yang juga pemandu turis khusus Belanda itu.
Kedatangan wisatawan mancanegara kali ini didominasi turis Eropa sekitar 70 persen dari kunjungan harian. Mereka adalah turis asal Belanda, Prancis, dan Jerman. Sedangkan dari kawasan Asia masih didominasi asal Jepang.
Amirul mengatakan tidak adanya lonjakan kunjungan wisatawan kemungkinan disebabkan adanya prosedur baru manajemen lalu lintas di kawasan Keraton. "Dengan larangan bus masuk alun-alun itu, pihak travel memisahkan paket ke Keraton untuk kunjungan. Dulu dibuat satu paket (dengan candi Borobudur dan Prambanan). Sekarang turis bayar dua kali jika ke Keraton. Nah, ada yang mau ada yang tidak," ujar Amirul.
Padahal, kemungkinan jika bus wisata masih boleh masuk Alun-alun Utara dan tembus sampai Keraton, turis yang datang lebih banyak. “Harga tiket masuk Keraton juga tidak berubah sejak tahun 2005, masih Rp 12.500 per orang," ujarnya.
Saat musim seperti ini, tingkat kunjungan wisatawan domestik fluktuatif, berkisar 100 orang per hari dengan harga tarif Rp 5.000 per orang. Akibat stagnannya jumlah turis mancanegara, dari sebanyak 50 pemandu atau guide di Komplek Keraton, kini hanya 20-30 orang per hari.
Sedangkan di objek wisata Taman Sari yang juga berada di Komplek Keraton, kunjungan turis mancanegara meningkat. "Dari Juli yang hanya 200 orang per hari, Agustus ini naik dua kali lipat lebih untuk turis mancanegara," ujar Parjiyo, petugas loket Tamansari. Harga tiket di Tamansari sama dengan masuk Keraton, Rp 12.500.
Sedangkan di komplek Pagelaran Keraton, tempat yang juga menjadi museum penyimpanan berbagai atribut tradisi Keraton, kunjungan turis mancanegara lebih sedikit. Hanya sekitar 150 orang perharinya. "Tapi ini memang jumlah kunjungan normal dari tahun ke tahun," ujar Davis, petugas loket Pagelaran Keraton.
Ketua Koperasi Forum Komunikasi Alun-alun Utara Muhammad Fuad menuturkan penataan Alun-alun Utara memang tak akan mengubah larangan bahwa bus besar lantas bisa beroperasi kembali di area itu.
"Semua bus wisata tetap diminta parkir di luar Komplek Keraton agar tak semrawut, lalu wisatawan menggunakan shuttle bus yang disediakan," ujarnya.
PRIBADI WICAKSONO