TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Perindustrian pesimistis target investasi sektor makanan dan minuman mampu mencapai Rp 60 triliun. Alasannya, tahun ini investasi menghadapi kondisi ketidakpastian ekonomi global.
“Kalau kondisi global masih tidak pasti seperti sekarang, investor pasti wait and see,” tutur Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Panggah Susanto kepada Bisnis, Kamis 13 Agustus 2015.
Sepanjang Januari – Juni 2015, realisasi investasi industri makanan merosot sebesar 25,6% atau senilai Rp23,4 triliun dibandingkan dengan kinerja semester I/2014. Padahal, Gabungan Pengusaha Makanan Minuman Indonesia (Gapmmi) menargetkan realisasi investasi 2015 mencapai Rp60 triliun.
Panggah menambahkan, tidak hanya investasi makanan minuman saja yang akan mengalami penurunan, tetapi juga sektor lainnya. “Wajar kalau investasi turun,” tambahnya.
Data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyebutkan, setidaknya ada empat sektor industri yang mengalami penurunan kinerja selama enam bulan pertama 2015, antara lain industri makanan sebesar 25,6 persen atau senilai Rp 23,4 triliun, kertas barang dari kertas dan percetakan 42,75 persen (Rp 4,58 triliun), kulit barang dari kulit dan sepatu 52,51 persen (Rp 0,85 triliun) dan industri lainnya mencapai 35,14 persen atau hanya senilai Rp 480 miliar.
Di tengah semua sektor mengalami perlambatan. Rata-rata pertumbuhan realisasi investasi terdorong oleh kinerja sektor logam dasar, barang logam, mesin dan elekronik yang bertumbuh mencapai 105,4 persen. Ini merupakan kontribusi paling besar dengan nilai Rp 22,06 triliun.
Diiikuti oleh industri kimia dasar, barang kimia dan farmasi (62,15 persen), serta industri alat angkutan dan transportasi lainnya (36,01 persen).