Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Beban Bunga Tinggi, Laba Bank UOB Terkoreksi 28,22%

Editor

Saroh mutaya

image-gnews
Direktur Utama Bank UOB Buana Armand B. Arief (tengah) seuasi Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) di Jakarta (15/4). TEMPO/Panca Syurkani
Direktur Utama Bank UOB Buana Armand B. Arief (tengah) seuasi Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) di Jakarta (15/4). TEMPO/Panca Syurkani
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - PT Bank UOB Indonesia mencatatkan perolehan laba bersih senilai Rp180,09 miliar pada akhir Juni 2015.

Dari laporan keuangan publikasi bank kategori Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) 3 ini merekam perolehan laba bersih tersebut terkoreksi sebesar 28,22% secara tahunan (y-o-y) dari Rp250,91 miliar di Juni 2014. Penurunan tersebut disumbang terkoreksinya pendapatan bunga bersih bank yang dipimpin Armand Bachtiar Arief tersebut sebesar 5,2% menjadi Rp1,31 triliun per Juni 2015.

Laporan keuangan Bank UOB Indonesia juga mencatat penurunan pendapatan bunga bersih disebabkan beban bunga melaju lebih tinggi dibanding pendapatan bunga. Sepanjang semester I/2015, beban bunga bank dengan modal inti senilai Rp9,64 triliun tersebut naik 12,82% y-o-y menjadi Rp2 triliun, sedangkan pendapatan bunga tumbuh 4,9% y-o-y menjadi Rp3,31 triliun.

Pertumbuhan pendapatan bunga Bank UOB Indonesia ditopang dari kenaikan tipis kredit sebesar 0,57% y-o-y menjadi Rp55,07 triliun per Juni 2015. Kenaikan tipis kredit menyumbang peningkatan aset sebesar 11,68% y-o-y menjadi Rp83,63 triliun pada akhir Juni 2015. Peningkatan kredit tersebut juga diikuti dengan posisi non-performing loan (NPL) sebesar 2,17% atau turun 43 basis poin (bps) y-o-y.

Sementara itu, dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun Bank UOB Indonesia naik lebih tinggi sebesar 12,49% y-o-y menjadi Rp65,61 triliun pada kuartal II/2015. Adapun, dari total simpanan yang dihimpun tersebut, deposito terpantau masih mendominasi komposisi DPK atau sebesar 71,26%. Dengan kedua kinerja tersebut, loan to deposit ratio (LDR) Bank UOB Indonesia berada di posisi 83,93%, turun 994 bps y-o-y.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Hingga akhir Juni 2015, bank milik United Overseas Bank Limited, Singapura dengan porsi saham sebesar 98,99% tersebut, juga mencatatkan posisi net interest margin (NIM) sebesar 3,65% atau terkoreksi 67 bps. Posisi capital adeqacy ratio (CAR) pun terkoreksi 36 bps menjadi 16,76%.

Adapun, return on assets (ROA) dan return on equity (ROE) tercatat sebesar masing-masing 0,56% atau turun 50 bps dan 3,83% atau turun 175 bps per Juni 2015.

BISNIS

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Laba Industri Perbankan Terkoreksi, Beban Operasional Naik

10 September 2015

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Bali (KOMUNIKA)
Laba Industri Perbankan Terkoreksi, Beban Operasional Naik

Otoritas Jasa Keuangan merekam laba industri perbankan nasional hingga paruh pertama tahun ini terkoreksi 12,98% secara tahunan.


Bank-Bank Eropa Bersiap Naikkan Dividen  

29 Juli 2013

Patung mata uang Eropa, Euro, di depan Bank Sentral Eropa (ECB), Frankfurt, Jerman, September 2007 silam. AP/Bernd Kammerer
Bank-Bank Eropa Bersiap Naikkan Dividen  

Para pengelola bank di Eropa menunggu turunnya regulasi.


Bank Victoria Tambah Modal Rp 450 Miliar

24 Januari 2010

Bank Victoria Tambah Modal Rp 450 Miliar

Penguatan modal itu tak dipakai dalam rencana mengubah Bank Swaguna--bank yang diakuisisi Victoria pada 2007--menjadi Bank Victoria Syariah.


Bank Indonesia Kumpulkan Ekonom

7 September 2009

Bank Indonesia Kumpulkan Ekonom

"Yang penting bagi publik adalah uang bailout Rp 6,7 triliun mengalir kemana."


Bank Indonesia Berharap Surat Utang Century Bisa Cair

28 November 2008

Bank Indonesia Berharap Surat Utang Century Bisa Cair

Bank Indonesia berharap surat utang yang dimiliki PT Bank Century Tbk masih bisa dicairkan meskipun surat-surat utang itu tidak berkualitas.


Saham Publik di Bank Century Tak Akan Hangus

24 November 2008

Saham Publik di Bank Century Tak Akan Hangus

"Yang salah kan founder, jadi publik harus dilindungi" kata Direktur Utama BEI Erry Firmansyah.


Tim Pemberesan BPPN Benarkan Kelebihan Rekap Bank

22 Juni 2004

Tim Pemberesan BPPN Benarkan Kelebihan Rekap Bank

Ketua Pokja Tim Pemberesan BPPN membenarkan audit BPK bahwa ada kelebihan dana rekap beberapa bank mencapai Rp 7,3 triliun.


Sampai 2013 Tidak Akan Ada Bank Internasional

18 Maret 2004

Sampai 2013 Tidak Akan Ada Bank Internasional

Direktur BRI Krisna Wijaya menyatakan sampai 2013 tidak akan ada bank yang berkualifikasi untuk menjadi bank internasional.


Kesepakatan Tak Bisa Jadi Dasar Pinjaman Darurat

4 Maret 2004

Kesepakatan Tak Bisa Jadi Dasar Pinjaman Darurat

"Karena itu nanti akan dijabarkan dalam kebijakan masing-masing instansi," kata Gubernur Bank Indonesia, Burhanuddin Abdullah.


Kronologi Skandal Bank Bali

4 Maret 2004

Kronologi Skandal Bank Bali

Setelah isunya sempat tenggelam, kini soal cessie Bank Bali muncul kembali setelah Kejaksaan Agung akan mencairkannya. Inilah kronologinya.