TEMPO.CO, Bandung - Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat Fery Sofwan Arif mengatakan, operasi pasar daging sapi terkendala terbatasnya cold storage atau tempat penyimpanan daging. “Mobil cold storage, pendingin untuk menyimpan daging terbatas, hanya ada tiga unit,” kata dia pada Tempo, Senin, 10 Agustus 2015.
Fery menuturkan, kemarin, Minggu, 7 Agustus 2015, permintaan operasi pasar daging sapi di Cimahi belum bisa dipenuhi. “Kita dan Bulog kesulitan di mobil pendinginnya,” kata dia. “Kita sedang mengupayakan.”
Menurut Ferry, operasi pasar hingga kemarin baru dilakukan di Kota Bandung menyikapi pedagang daging sapi yang mogok berjualan. “Permintaan operasi pasar baru dari Kota Bandung dan Cimahi akibat pedagang mogok jualan,” kata dia.
Fery mengakatan, pasokan daging sapi untuk operasi pasar tersedia tersebut berasal dari dua sumber. Pertama pasokan BUMN PT Berdikari serta daging beku impor yang dimiliki Bulog.
Menurut Fery, operasi pasar merupakan solusi jangka pendek mengantisipasi pedagang daging sapi yang mogok berjualan. “Kita harus lihat kenapa harga dagin sampai naik,” kata dia.
Dia mengklaimn, ada dua penyebab harga daging sapi melambung. Pertama, peternak sengaja menyimpan sapinya untuk dijual saat Idul Adha yang jatuh September mendatang. “Sapi sisa Lebaran kemarin yang tidak disembelih itu disimpan peternak atau feedloater untuk dipelihara, karena sudah dipastikan harga pada saat Idul Adha pasti mahal,” kata dia.
Kedua, pemotongan kuota impor daging sapi untuk jatah Triwulan III tahun ini dari 250 ribu ekor menjadi hanya 50 ribu ekor. “Ini mendorong peternak untuk tidak mengeluarkan sapi. Ada kesan ke arah sana,” kata Ferry.
Kepala Dinas Peternakan Jawa Barat Doddy Firman Nugraha mengatakan, catatan stok sapi terakhir pada 24 Juli 2015 yang ada di perusahaan penggemukan sapi mencapai 66 ribu ekor. “Sekarang mungkin berkurang, itu sebetulnya masih cukup untuk pasokan dua bulan ke depan,” kata dia saat dihubungi Tempo, Senin, 10 Agustus 2015.
Doddy mengatakan, peternak sengaja membatasi pasokan daging ke pasar. Pemicunya, untuk mempertahankan stok di peternak, serta pemotongan kuota importasi sapi oleh pemerintah. “Feedloater untuk menjaga stok tidak habis dalam waktu cepat sengaja mengurangi pasokan pada para pedagang,” kata dia.
Menurut Doddy, pengurangan posokan itu juga diikuti kenaikan harga penjualan daging sapi dari tangan peternak. Sebelumnya setiap ekor sapi dihargai Rp 37 ribu per kilogram bobot hidup, bertahap naik hingga saat ini menembus Rp 43 ribu per kilogram bobot hidup.
Doddy mengatakan, pedagang akhirnya memilih mogok kerena khawatir konsumen enggan membeli daging sapi jika harganya terlalu mahal. “Kalau harga bobot hidupnya Rp 43 ribu dari feedloat, berapa dijualanya di pasar kalau jadi karkas,” kata dia.
Koordinator Humas Bulog Divisi Regional Jawa Barat Wahyu Puspa Yutha mengatakan, perintah operasi pasar langsung datang dari kantor pusatnya. Operasi pasar daging sapi akan dilakukan hingga Rabu, 12 Agustus 2015. “Rencananya sampai Rabu, tapi kalau diminta lebih lama kita siap,” kata dia saat dihubungi Tempo, Senin, 10 Agustus 2015.
Wahyu mengatakan, operasi pasar daging sapi mulai hari ini, Senin, 10 Agustus 2015 mulai menjangkau Kota Cimahi. Sebelumnya, operasi pasar daging sapi baru dilakukan di sejumlah pasar tradisional di Kota Bandung. “Operasi pasar masih bergerak di Kota Bandung, hari ini ditambah di Pasar Atas Cimahi,” kata dia.
Dia membenarkan, keterbatasan operasi pasar daging sapi bukan dari pasokan dagingnya, tapi terbatasnya cold storage. Bulog Jawa Barat saat ini hanya memiliki 3 unit cold storage. “Kita tambah hari ini dengan freezer untuk solusinya,” kata Wahyu.
Wahyu mengatakan, operasi pasar daging sapi sengaja dilakuan di pasar untuk menyasar langsung konsume. Harganya daging sapi operasi pasar juga diturunkan dari Rp 90 ribu per kilogram menjadi Rp 89 per kilogram. Penjualan daging sapi operasi pasar terakhir, per Minggu, 9 Agustus 2015, sudah menembus 800 kilogram. “Kita siapkan setiap pasar 2 ton,” kata dia.
AHMAD FIKRI