TEMPO.CO, Jakarta - Kenaikan harga daging sapi hingga Rp 130 ribu per kilogram berimbas pada turunnya pendapatan para pedagang daging sapi. Di Jakarta dan sekitarnya, para pedagang sepakat melakukan aksi mogok jualan selama empat hari, yakni pada 9-12 Agustus 2015.
Aksi mogok jualan ini merupakan bentuk protes pedagang kepada pemerintah. Zainudin, pedagang daging sapi di Pasar Palmerah sekaligus Wakil Ketua Asosiasi Pedagang Daging Se-Jabodetabek (APDS), mengatakan pihaknya akan terus menyampaikan tuntutan kepada pemerintah.
“Kami akan tetap menuntut. Ini hak, aspirasi, dan inspirasi kita agar pemerintah segera turun tangan secepat mungkin. Dasarnya, mereka harus bekerja. Mereka harus blusukan ke pasar. Kalau sampai tanggal 12 tidak ada reaksi dari pemerintah, kita berencana mengadakan long march turun ke jalan," ujar Zainudin.
Zainudin menambahkan, sebenarnya Bulog sudah berusaha menangani hal ini. Pihak APDS juga sudah merapat ke Bulog untuk mengadakan rapat bersama. Bulog berencana berkontribusi dengan menyiapkan sekitar 200 atau 300 kilogram daging sapi ke pasar tradisional. Namun Zainudin menyayangkan sikap Bulog ini.
“Bulog seperti Robin Hood yang menjual daging semurah-murahnya saat harga tinggi. Itu jelas merugikan. Di saat kita memperjuangkan aspirasi kita, kok, dia seperti Robin Hood, pahlawan, dengan menjual daging seenaknya. Belum tentu daging itu sehat,” tuturnya.
Zainudin berharap pemerintah segera tanggap dengan aspirasi pedagang daging se-Jabodetabek bahkan dari provinsi yang lain. Ia berharap semoga pemerintah segera melakukan tindakan yang bisa memberikan solusi untuk masyarakat pasar, khususnya pedagang pasar.
DELA FAHRIANA H.