TEMPO.CO, Jakarta - Aksi mogok jualan yang dilakukan para pedagang daging sapi di Bandung Raya yang dimulai pada Jumat, 7 Agustus 2015, berdampak besar pada dua rumah potong hewan (RPH) di Kota Bandung.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung Elly Wasliah mengatakan, dua hari ke belakang, dua RPH milik Pemerintah Kota Bandung sepi dari aktivitas pemotongan sapi. Dua RPH tersebut terdapat di Ciroyom dan Cirangrang (Kopo).
"Sudah dua malam ini tidak ada aktivitas pemotongan sapi. Kemungkinan bisa sampai Rabu (tidak ada pemotongan sapi)," kata Elly di Bandung, Senin, 10 Agustus 2015.
Sebelum aksi mogok jualan dimulai oleh para pedagang sapi, dua RPH milik Pemerintah Kota Bandung tersebut rutin memotong seratus ekor sapi setiap malam. "Untuk memenuhi kebutuhan daging sapi di Kota Bandung, setiap hari kita motong seratus ekor sehari. Sembilan puluh persen sapi impor dan 10 persen lokal," ujarnya.
Menurut Elly, sudah dua tahun ke belakang, sapi potong di Kota Bandung didominasi sapi-sapi impor. Namun, semenjak kuota sapi impor dikurangi, harga daging sapi beranjak naik. "Kuota sapi impor berkurang dari biasanya 250 ribu ekor berkurang jadi 50 ribu ekor," tuturnya.
Elly menjelaskan pihaknya saat ini masih meneliti penyebab dari aksi mogok jualan para pedagang sapi itu. Disinyalir aksi tersebut bukan hanya karena alasan pengurangan kuota impor daging sapi, melainkan ada kesengajaan menahan stok daging sapi menjelang Hari Raya Idul Adha. "Kita akan evaluasi. Terlalu dini untuk mengambil kesimpulan seperti itu," ucapnya.
PUTRA PRIMA PERDANA