TEMPO.CO, Kupang - Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu daerah penyuplai sapi untuk memenuhi kebutuhan daging nasional, terutama di Pulau Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Namun suplai sapi itu hanya bisa memenuhi kebutuhan daging nasional sebesar 5 persen.
"Dari total kebutuhan daging nasional, NTT hanya bisa memenuhi 5 persen saja. Jadi kami belum bisa penuhi kebutuhan daging sapi nasional," kata Kepala Dinas Peternakan NTT Dani Suhadi kepada Tempo, Senin, 10 Agustus 2015.
Pernyataan ini disampaikan Kadis Peternakan terkait dengan minimnya stok sapi di Pulau Jawa, yang membuat para pedagang di daerah itu mogok.
Kuota sapi yang dikirim ke luar daerah, menurut dia, tahun ini hanya 55 ribu ekor, tapi tidak semuanya di fokuskan ke Pulau Jawa, karena sebagian harus memenuhi permintaan dari Kalimantan dan Sulawesi. "Hingga Agustus 2015 saja, kurang 28 ribu ekor sapi yang telah dikirim ke luar daerah," ucapnya.
Walaupun dia mengaku ada kerja sama antara Pemerintah Provinsi NTT dan DKI Jakarta dalam memenuhi kebutuhan daging sapi di daerah itu, kebutuhan daging sapi di Jakarta mencapai 1.500 ekor per hari. "Jika kuota yang ada dikirim semua ke Jakarta, baru memenuhi kebutuhan sebesar 10 persen," ujarnya.
Apalagi, tutur dia, pada musim kemarau seperti saat ini, para peternak kesulitan mendapatkan pakan sapi. Sebab, selama ini, peternak hanya mengandalkan sistem ekstensifikasi atau berharap pada rumput di padang. "Musim kemarau ini, semua rumput mengering, sehingga pakan menipis," tuturnya.
Karena itu, perlu dilakukan pola yang lain, seperti membangun ranch sapi (sistem ladang sapi). Dengan ranch tersebut, sapi dikurung dalam satu area sehingga bisa fokus diberi pakan ternak yang cukup. "Salah satu cara, harus dialihkan pola pengendalian ke seni ekstensifikasi atau ranch," katanya.
YOHANES SEO