TEMPO.CO, Surabaya - Sekitar seribu pedagang sapi di Jawa Timur mengancam mogok berjualan. Ancaman itu dipicu naiknya harga daging sapi dan menipisnya stok sapi lokal yang siap dipotong. Pedagang kesulitan mencari sapi lokal yang siap dipotong.
"Kalau sampai seminggu ini pemerintah tidak ada kebijakan penambahan kuota impor dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur melarang sapi keluar dari wilayah ini, kami akan mogok massal," ucap Ketua Paguyuban Pedagang Sapi dan Daging Segar Jawa Timur Muthowif saat dihubungi, Senin, 10 Agustus 2015.
Muthowif berujar, rencananya itu sudah dikoordinasikan dengan pedagang sekaligus jagal di kabupaten dan kota di Jawa Timur. Sekitar seribu anggotanya tersebar di Malang Raya, Surabaya, Gresik, Lamongan, serta Kabupaten dan Kota Pasuruan.
"Kami menjaga stok di pasar tradisional. Tapi sebentar lagi Idul Adha, sehingga ada dua kebutuhan sapi siap potong untuk berkurban dan kebutuhan sehari-hari," tuturnya.
Paguyuban mendesak pemerintah mencari solusi atas kelangkaan stok sapi di pasaran. Sebab, sapi lokal termasuk yang paling terkena imbas pembatasan kuota impor Kementerian Perdagangan. "Efek pengurangan kuota adalah pedagang Jakarta dan Jawa Barat berebut memboyong sapi dari Jawa Timur," katanya.
Pedagang belakangan kesulitan mencari sapi lokal yang siap dipotong. Akibatnya, sapi betina yang masih produktif turut disembelih. "Di RPH Pegirian, jumlah sapi betina yang dipotong melonjak menjadi 30-40 persen. Biasanya hanya 10 persen," ujar Muthowif, yang juga jagal di RPH Pegirian.
Dipotongnya sapi betina, ucap dia, merupakan indikasi minimnya stok sapi lokal. Pemerintah diharapkan tak mengambil langkah pragmatis dengan menggelar operasi pasar. "Saya yakin itu daging impor. Itu kan tidak konsisten, karena di Jawa Timur melarang masuknya sapi impor melalui surat edaran gubernur," tutur Muthowif.
Sebagai gantinya, Paguyuban Pedagang Sapi berharap pemerintah mengoreksi kuota sapi impor menjadi sekitar 350 ribu ekor untuk kuartal ketiga menjelang Idul Adha ini, terutama bagi sapi bakalan. "Jangan sapi indukan. Sebab, belajar dari pengalaman dulu, bantuan sapi perah impor oleh oknum ujung-ujungnya dipotong juga. Rawan penyelewengan."
Kementerian Perdagangan memangkas kuota impor dari kisaran 250 ribu ekor per triwulan pada kuartal pertama dan kedua menjadi hanya 50 ribu ekor pada kuartal ketiga. Tipisnya stok membuat para pedagang dan jagal menjerit. Sebab, di sisi lain, harga daging sapi tak kunjung menurun pada kisaran Rp 110 ribu sejak Idul Fitri.
ARTIKA RACHMI FARMITA