TEMPO.CO, Jakarta - Banyak anak muda saat ini berlomba membuka bisnis makanan dan minuman (food and beverage F&B).
Ada tiga tokoh yang sudah lama bergelut di bisnis tersebut dan berbagi pengalaman di acara Ideafest 2015. Mereka adalah Andrian Ishak (CEO Namaaz Dining), Mikael Mirdad (Founder Beer Garden), dan Chef Afit (Founder Holycow).
“Saya sebetulnya basic-nya bukan juru masak. Dulu itu saya anak band tapi lagunya enggak laku-laku,” kata Andrian saat ditanya oleh moderator kenapa bisa terjun ke bisnis F&B pada Jumat 7 Agustus 2015.
Sebetulnya bisnis F&B tidak akan pernah mati dimakan oleh zaman. Musababnya, setiap hari manusia pasti akan makan dan minum. Hal itu yang juga dijelaskan oleh Mikael sebagai pendiri dari Beer Garden.
“Dulu awalnya karena gue suka kasihan lihat anak muda di Circle K Kemang minum bir sambil jongkok. Dari situ tercetus ide kenapa enggak gue bikinin tempat yang nyaman buat mereka,” ujar pria yang sekarang sudah memiliki delapan outlet Beer Gerden ini.
Untuk menggeluti bisnis makanan dan minuman, ketiganya sepakat harus memiliki komitmen yang tinggi. Bisnis F&B adalah bisnis yang sangat melelahkan kata Afit. “Dulu waktu merintis Holycow, pagi saya masak di outlet, siang ke kantor, malam masak lagi. Gitu terus setiap hari,” ujar chef yang pernah menjadi manager di salah satu televisi swasta ini.
Ketiga bisnis tersebut memiliki keunggulan masing-masing. Namaaz Dining melakukan transformasi bentuk makanan, Beer Garden menjual beer dengan harga yang terjangkau, dan Holycow menjual wagyu dengan harga yang relatif murah.
Setiap orang yang mau membuka bisnis F&B harus memiliki diferensiasi, entah produknya, suasana outletnya, atau kemasannya. “Kalau mau ada orang yang datang ke outlet, kasih suasana yang nyaman, harga yang terjangkau, fasilitas yang lengkap, atau pelayanan yang baik,” ujar Mikael.
RICKY WATTIMENA