TEMPO.CO, Jakarta -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan proyek Pertamina Terintegrasi yang merupakan proyek hulu hingga hilir minyak dan gas bumi dengan total investasi US$ 5,8 miliar di Desa Uso, Kecamatan Batui, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, Minggu, 2 Agustus 2015.
"Dengan beroperasinya Terminal Donggi Senoro ini, saya berharap dapat memenuhi kebutuhan gas di Sulawesi dan Indonesia bagian timur," kata Presiden saat meresmikan kilang gas alam cair Donggi Senoro di Desa Uso, Kecamatan Batui, Kabupaten Banggai, Minggu.
Presiden meminta agar megaproyek ini betul dikawal agar jangan terjadi, hanya di atas kertas yang terintegrasi tapi di lapangannya tidak.
"Terintegrasi bukan hanya di kertas, tapi di lapangan, dari hulu ke hilir dari produsen gas ke pengguna gas, baik itu petrokimia, pembangkit listrik, LNG," kata Presiden.
Jokowi juga meminta untuk mencari hambatan-hambatan soal proses integrasi ini.
"Kalau hambatannya kecil, selesaikan sendiri. Jika besar dan perlu back-up dari Presiden agar disampaikan kepada saya," kata Jokowi.
Megaproyek Terintegrasi Pertamina yakni sebuah proyek yang terintegrasi antara hulu dan hilir industri gas.
Proyek yang diresmikan adalah Central PROCESSING Plant yang dikelola Pertamina-Medco Tomori Sulawesi dengan investasi US$ 1,2 miliar, Blok Senoro-Toili, Blok Matindok yang dikelola Pertamina dengan investasi US$ 0,8 miliar, kilang gas alam cair yang merupakan "joint venture" antara PT Pertamina (Persero) melalui Pertamina Hulu Energi, Medco Energi, Mitsubishi Corporation dan Korea Gas Corporation dengan investasi US$ 2,8 miliar dan pabrik amoniak yang dikelola PT Panca Amara Utama dengan total investasi US$ 0,8 miliar.
ANTARA