TEMPO.CO, Bojonegoro - Musim kemarau tidak selalu membuat rakyat sengsara. Petani di bantaran Sungai Bengawan Solo di Kabupaten Bojonegoro dan Lamongan, Jawa Timur, justru menuai berkah. Mereka menikmati panen padi saat kekeringan melanda.
Sebagian besar petani di desa-desa di sekitar Bengawan Solo leluasa mengolah sawah mereka saat kemarau. Sebaliknya, saat musim hujan, sawah mereka kerap kebanjiran oleh luapan sungai. Kondisi ini membuat para petani mengubah pola tanam. Musim hujan mereka manfaatkan untuk melakukan budi daya ikan.
Menurut Kepala Desa Nguken, Kecamatan Padangan, Bojonegoro, Arif Saifudin, masa panen padi di desanya dimulai Juni lalu. Area sawah sekitar 60 hektare ditanami padi dua kali. ”Saat kemarau, kami bisa mengolah sawah,” ujarnya kepada Tempo, Jumat, 31 Juli 2015.
Hasil panen rata-rata per 1 hektare sawah 6,5-7 ton padi. Sistem tanam padi seratus persen mengandalkan irigasi dari Bengawan Solo. “Justru saat kemarau jadi produktif,” kata Sekretaris Dinas Pertanian Bojonegoro Bambang Sutopo.
Data Dinas Pertanian Bojonegoro mencatat, pada Juni-Juli, lahan padi yang sudah dipanen mencapai 27.266 hektare. Ada 15 kecamatan yang berlokasi di bantaran Bengawan Solo. Yakni Ngraho, Padangan, Purwosari, Kasiman, Malo, Gayam, Kalitidu, Dander, Trucuk, Kota, Kapas, Kanor, Balen, Sumberejo, dan Baureno.
Di luar kawasan itu, ada juga sawah yang dipanen, yakni di area pertanian yang dialiri air dari Bendung Gerak dan Bendungan Pacal.
Sementara itu, para petani di sejumlah desa di beberapa kecamatan di Kabupaten Lamongan juga memasuki masa panen padi, dan sebagian musim tanam. Misalnya beberapa desa di Kecamatan Laren, seperti Plangwot, Centini, Pesanggrahan, Siser, Bulubangsri, dan sebagian Bulutigo.
SUJATMIKO