TEMPO.CO, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan perlambatan perekonomian saat ini sudah semakin terasa dan berdampak pada industri keuangan. Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman Hadad mengatakan sekitar 90 persen bank-bank sudah melaporkan revisi proyeksi pertumbuhan kreditnya kepada OJK.
"Kami sudah menerima laporan rencana bisnis bank 108 dari 118 bank," ujar Muliaman di kantornya, Jumat, 24 Juli 2015. Ke-108 bank merevisi pertumbuhan kreditnya.
Muliaman menjelaskan, total penurunan pertumbuhan kredit sebesar 2,67 persen, dari 16-17 persen menjadi 13-15 persen. OJK membeberkan bank-bank buku 1 mengalami penurunan 6,5 persen dan buku 4 turun 1,4 persen. "Buku tiga yang paling banyak penurunan," ucap Muliaman tanpa menyebut angka pastinya. Begitu juga dengan penurunan kredit yang menerpa bank buku 2.
Namun Muliaman mengklaim ketahanan industri perbankan dalam negeri cukup kuat. Setidaknya indeks kredit macet stabil dengan raihan 2,46 persen per Juni, turun 0,01 dari Mei lalu. OJK akan menetapkan kebijakan yang dapat menstimulus kredit.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Nelson Tampubolon menuturkan pihaknya akan merelaksasi aset tertimbang menurut risiko (ATMR). Otomatis, bobot risiko kredit pembiayaan proyek infrastruktur pemerintah, kendaraan bermotor, rumah swasta dan pemerintah, serta kredit usaha rakyat mulai 75 hingga 100 persen.
Nelson optimistis kebijakan ini akan sedikit melonggarkan potensi kredit para bank, terutama bank-bank buku satu yang modalnya terbatas. "Rumus CAR kan modal dibagi ATMR," katanya. CAR adalah capital adequacy ratio. Artinya, semakin tinggi rasionya, semakin kuat pembiayaan finansial perbankan untuk urusan operasional.
ANDI RUSLI