TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perdagangan Rachmat Gobel membantah adanya lonjakan angka impor beras industri untuk bulan Juni lalu. Menurut dia, angka impor tersebut wajar. "Bahkan di bawah izin yang dikeluarkan. Beras yang masuk pun bukan beras konsumsi," kata Gobel di kantornya pada Kamis, 23 Juli 2015.
Gobel menambahkan, beras impor yang masuk digunakan untuk membuat tepung ketan dan beras khusus penderita diabetes yang memang tak diproduksi dalam negeri. Untuk beras konsumsi sehari-hari, tak ada impor sama sekali.
Malah, menurut Gobel, sebaliknya. Kuota tahun ini justru lebih rendah dibanding tahun lalu. Sayangnya, Gobel tak bisa menyebutkan angka impor tahun lalu.
Sebelumnya, data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan impor beras per Juni melonjak 130 persen menjadi 49,5 ribu ton atau setara dengan US$ 22,31 juta dibanding Mei 20,9 ribu ton (US$ 9,62 juta). Impor terbesar dari Thailand, Vietnam, India, Pakistan, dan Myanmar.
Secara total, impor beras dari lima negara itu sepanjang semester pertama tahun ini mencapai 194,5 juta kilogram atau 194,5 ribu ton atau senilai US$ 84,94 juta. Angka ini lebih tinggi dibanding periode sama tahun lalu 176,28 ribu ton atau US$ 76,2 juta.
URSULAFLORENE