TEMPO.CO, Jakarta - Badan Urusan Logistik Subdivisi Regional III Bojonegoro mengirim sedikitnya 8.000 ton beras ke beberapa kabupaten di Provinsi Papua, menyusul terjadinya krisis pangan di daerah itu.
Untuk pengiriman awal, beras dikirim ke Kabupaten Timika sebanyak 1.000 ton, Biak 3.000 ton dan Nabire sebanyak 1.000 ton. Manokwari 1.000 ton, Serui 1.000 ton, Fak-fak 1.000 ton atau total 8.000 ton. Pengirim telah dimulai pertengahan Ramadan atau awal Juli lalu hingga pasca Lebaran 2015 ini. Kemungkinan pengiriman terus dilakukan, terutama di kabupaten yang mengalami krisis pangan, seperti di Kabupaten Puncak.
Kepala Bulog Subdivisi Regional III Bojonegoro Efdal Sulaiman, mengatakan pengiriman beras ke Papua atas permintaan dari Bulog pusat di Jakarta. Tujuannya, guna menyuplai daerah-daerah di wilayah timur Indonesia yang mengalami krisis pangan. Terutama, akibat pengaruh hujan es dan kemarau yang telah dimulai bulan Juni silam. “Sebagian telah kira kirim. Dan mungkin akan kita kirim kembali,” ujarnya, Kamis 23 Juli 2015.
Menurut Efdal, Provinsi Papua, termasuk daerah yang selama ini jadi kerap mendapat kiriman beras di Bojonegoro. Penyebabnya, juga sama karena krisis pangan sehingga perlu pemerataan untuk stok logistik. Bahkan, sebelum bulan Ramadan, Kabupaten Bojonegoro juga telah mengirim sedikitnya 5.000 ton beras. Tujuannya, dikirim ke Fakfak, Nabire, Manokwari, dan selanjutnya disebarkan ke kabupaten di Papua. Untuk pemerataan, satu kabupaten di Papua, mendapatkan kiriman beras minimal 1.000 ton. Kalaupun ada jumlahnya lebih besar, itu karena pertimbangan jumlah penduduk dan tingkat rawan pangan di daerah tujuan.
Di luar Provinsi Papua, Bulog Bojonegoro juga telah mengirim ke beberapa provinsi yang juga butuh kiriman beras. Tercatat selama Januari-Juni 2015, Bulog Bojonegoro telah mengirim beras ke luar Jawa dengan jumlah total 27.000 ton. Seperti ke provinsi Kalimantan Tengah, Bengkulu, Riau, Nusa Tenggara Timur, Sumatera Utara, Sumatera Selatan dan Sumatera Barat.
Data di Dinas Pertanian Bojonegoro, sejumlah kecamatan di Bojonegoro memasuki panen padi kedua. Seperti di Kecamatan Kedungadem, Sekar, Kanor dan sebagian Sumberejo. Itu belum termasuk sawah-sawah di tepian Bengawan Solo, seperti di Kecamatan Kalitidu, Trucuk, Malo, Padangan, Dander dan Kapas. Sedangkan padi yang dipanen ada dua jenis, yaitu padi hibrida yang bisa menghasilkan 8 ton per hektare serta nonhibrida, seperti Ciherang, C-4, dan Bengawan.
Seperti diketahui, akibat hujan es sejak 5 hingga 12 Juli lalu, sekitar 10 ribuan warga Distrik Agandugume, Kabupaten Puncak, Papua, mengalami krisis pangan dan terancam kelaparan. Akibanya, sumber makanan seperti ubi-ubian dan tanaman sayuran mati tertutup es.
SUJATMIKO