TEMPO.CO, Jakarta - Para penumpang Sriwijaya Air yang penerbangannya batal lantaran penutupan Bandara Juanda, Surabaya menumpahkan unek-uneknya saat ditemui Menteri Perhubungan Ignasius Jonan.
Jonan yang mendatangi Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, , Kamis, 16 Juli 2015, langsung dikerumuni para penumpang Sriwijaya Air yang penerbangannya ke Surabaya dan Malang dibatalkan.
"Bagaimana ini Pak Menteri, Sriwijaya selalu delay ke Malang, tadi penutupan Bandara Juanda juga tidak diinformasikan sehingga kami harus menunggu lama," protes Abdul Hamid, penumpang Sriwijaya Air tujuan Malang kepada Jonan.
Para penumpang Sriwijaya Air mengeluhkan mekanisme penggantian atau refund yang ditawarkan Sriwijaya Air. Mereka menuntut penggantian tunai agar dapat berganti moda transportasi yang mengantar mereka ke kampung halaman. Tapi pihak Sriwijaya Air hanya memberikan voucher.
Voucher tersebut hanya dapat digunakan untuk destinasi yang sama dalam jangka waktu satu bulan ke depan. Padahal, para penumpang umumnya adalah pemudik yang ingin segera pulang ke kampung halaman untuk merayakan Idul Fitri 1436 H bersama keluarga.
Jonan menjelaskan bahwa maskapai tidak bisa melayani penggantian secara tunai karena bank telah tutup. Dia meminta pengertian dari penumpang untuk tidak memaksakan refund pada saat itu juga. Para penumpang terus mengeluhkan pelayanan Sriwijaya Air yang mereka anggap buruk.
"Kalau begitu besok-besok jangan naik Sriwijaya," kelakar Jonan menanggapi keluhan tersebut.
Hingga pukul 21.00 WIB, customer service Sriwijaya Air Terminal I Bandara Soekarno Hatta masih dipadati penumpang yang mengurus refund.
Penumpang yang penerbangannya dibatalkan, rencananya akan dialihkan menggunakan Bus Damri yang disediakan oleh Angkasa Pura II. Namun kurangnya koordinasi menyebabkan banyak penumpang kebingungan.
NIBRAS NADA | BINTORO AGUNG