TEMPO.CO, Surabaya - Badan Pusat Statistik Jawa Timur mencatat nilai impor pada Juni 2015 meningkat mencapai US$ 1.808 juta dibanding pada Mei yang hanya US$ 1.768 juta. Peningkatan impor sebesar 2,26 persen ini terjadi karena kebutuhan industri untuk membeli bahan baku melonjak tajam.
Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur M. Sairi Hasbullah mengatakan lonjakan permintaan bahan baku industri tersebut masih terjadi hingga Juli ini. “Bahan baku industri memang mengalami kenaikan. Ini adalah sinyal akan terjadi peningkatan produksi,” ujarnya, Rabu, 15 Juli 2015.
Menurut Sairi, kelompok bahan baku yang menyumbang peningkatan nilai impor yakni mesin dan peralatan mekanik. Pada Juni lalu, nilai dua komoditas itu meningkat menjadi US$ 155 ribu. Padahal pada Mei masih US$ 125.
Sairi menuturkan permintaan terbesar bahan baku di Jawa Timur masih didominasi barang impor dari Cina. Jumlahnya cukup fantastis, yakni mencapai US$ 382 juta atau 23 persen dari total kebutuhan impor di Jawa Timur. Cina diikuti Amerika Serikat dengan nilai impor US$ 132 juta dan Thailand sebesar US$ 78 juta.
“Artinya, negara kita masih sangat bergantung pada Tiongkok. Bahayanya, jika terjadi gejolak ekonomi di Cina, pasti perekonomian kita akan sangat terkena dampak,” katanya.
Meski begitu, Sairi tetap optimistis melihat kondisi perekonomian Jawa Timur karena lonjakan permintaan impor tersebut tidak untuk sektor konsumsi maupun permodalan. Artinya, besar kemungkinan bahwa tingkat produktivitas industri akan melonjak pasca-Lebaran.
Apalagi, tutur dia, Presiden Joko Widodo telah mengimbau pembatasan terhadap impor barang kebutuhan pokok. Meski tidak secara langsung bisa diubah, impor itu secara bertahap bisa dialihkan. Menurut Sairi, peningkatan produktivitas nasional dapat terlaksana meski untuk sementara bahan bakunya masih impor.
Adapun nilai ekspor di Jawa Timur pada Juni lalu mengalami kenaikan tipis 0,37 persen atau mencapai US$ 1.514 juta. Sebelumnya, nilai ekspor di Jawa Timur US$ 1.509 juta. “Komoditas ekspor kita masih perhiasan,” ujarnya.
Tujuan ekspor Jawa Timur yang terbesar masih Jepang dengan nilai US$ 204 juta, diikuti Amerika Serikat US$ 169 juta, dan Cina senilai US$ 153 juta. “Tapi nilai ekspor perhiasan kita hanya US$ 164 juta atau turun 35 persen dibanding bulan sebelumnya," ucapnya.
AVIT HIDAYAT