TEMPO.CO, Bandung - Wali Kota Bandung Ridwan Kamil mengatakan tidak hanya di Indonesia, keberadaan taksi Uber juga mendapat penolakan di beberapa negara di benua Eropa. Kenyataan tersebut didapat dari pengalamannya berkunjung ke Benua Biru itu beberapa waktu ke belakang.
Menurut pria yang akrab disapa Emil ini, benua Asia dan Eropa memiliki kesamaan pola pikir serta pandangan ekonomi yang sama.
"Tiap negara kondisi sosialnya berbeda-beda. Eropa lebih konservatif, Asia juga konservatif. Jadi yang banyak gejolak Eropa dan Asia," kata Ridwan Kamil di Balai Kota Bandung, Jalan Wastukencana, Selasa, 14 Juli 2015.
Lebih lanjut Ridwan Kamil menambahkan, kondisi berbeda justru hadir di Amerika Serikat, negara kelahiran taksi Uber. Di sana, ucap Ridwan, taksi Uber sangat diterima, baik oleh masyarakat maupun pemerintah.
"Paling maju di kota kelahirannya di San Fransisco. Amerika lebih liberal, jadi kota-kota di Amerika mah enggak ada (gejolak sosial)," ujarnya.
Setelah sempat berbincang-bincang dengan petinggi taksi Uber di San Francisco dalam kunjungannya beberapa waktu lalu ke Amerika Serikat, ada alasan mengapa konsep sharing economy taksi Uber dibuat.
"Kalau menurut mereka (taksi Uber), di masa depan itu di-drive oleh demand konsumen. Kosumen maunya apa ya ekonomi harus ngikutin konsumen. Konsumen enggak mau ribet, maka ada sistem booking online. Dulu mah boro-boro," tutur Ridwan. "Dari sisi transportasi, orang ingin realiable. Kalau diminta bisa hadir sesuai harapan."
Ridwan Kamil mengatakan hingga saat ini Pemerintah Kota Bandung belum bisa mengambil keputusan untuk memberhentikan operasional taksi Uber seperti yang dilakukan pemerintah DKI Jakarta sebelum mendapat kejelasan dari hasil studi seminar sharing economy yang dilakukan oleh taksi Uber dan Gojek dalam menyediakan sarana transportasi.
Seminar itu, ucap Ridwan, rencananya bakal dilakukan dalam waktu dekat. Namun karena pihak yang berkontribusi di dalamnya masih belum siap, seminar tersebut molor sampai sekarang. Ridwan Kamil pun akhirnya meminta kepada Organda untuk memfasilitasi seminar tersebut.
"Seminar itu bukan untuk pembenaran, tapi untuk mendengarkan. Justru kita akan tahu yang sebenarnya sebelum memutuskan. Saya bilang kepada Organda jangan terlalu lama. Secepatnya biar semua clear," ujarnya.
PUTRA PRIMA PERDANA