TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo mengatakan pemerintah tak bisa menunda lagi reformasi perekonomian secara fundamental. Menurut Jokowi, perombakan ekonomi yang dijalani harus mendalam dan menyeluruh meskipun harus menelan pil pahit.
Perekonomian, kata Jokowi, memerlukan reformasi struktural tanpa mengambil jalan pintas. "Tidak bisa saya ngomong simsalabim kemudian masalah bisa teratasi. Tidak ada simsalabim, dan masyarakat harus sadar enggak ada simsalabim, semuanya teratasi," kata Jokowi di Jakarta Convention Center, Senayan, Kamis, 9 Juli 2015.
Jokowi ingin semua pihak membangun growth engine untuk menumbuhkan ekonomi. Untuk membangun growth engine, seperti pabrik ekspor dan infrastruktur, kata dia, butuh proses dan waktu. "Apa yang diperlukan saat ini, revolusi di budaya manajemen," ujar Jokowi.
Baca juga:
Pastikan Kematian Angeline, Margriet Injak Kaki dan...
Pria Sydney Akhirnya Bongkar Peran Putri Margriet
Jokowi menyarankan kepada para produsen untuk tidak langsung menaikkan harga saat kurs mata uang naik. Hal itu diperlukan untuk menghadapi kelemahan kurs dan kenaikan harga impor. "Yang biasa terjadi, kurs naik harga naik, mestinya bagaimana berpikir kita bisa tekan ongkos, mengefisienkan biaya," tutur Jokowi.
Jokowi mencontohkan cara mengubah sistem produksi dan distribusi agar menjadi lebih efisien. "Bukan mencari gampangnya, harga naik ekonomi naik, inilah yang terjadi bertahun-tahun sehingga harga barang dan jasa membuat kita tidak kompetitif," ucapnya.
Menurut Jokowi, investasi pada sistem pendidikan dan bidang kesehatan diperlukan agar sumber daya manusia menjadi lebih baik. Solusi yang dicari Jokowi adalah tidak menciptakan distorsi ekonomi yang akan memperburuk ketimpangan ekonomi yang sudah ada. Terkait dengan kondisi industri, dia menilai saat ini Indonesia ketinggalan. "Bahkan tahun terakhir ekonomi (kita) menuju deindustrialisasi. Itu satu tren yang harus segera kita hadapi."
Jokowi mencontohkan, beberapa negara di dunia menolak obat pahit sehingga menjanjikan sesuatu yang ajaib, yakni menaikkan kesejahteraan tanpa perlu kerja keras. Tanpa menyebutkan nama pemerintahan itu, Jokowi menuturkan negara tersebut kini mengalami krisis perekonomian karena bertahan hidup mewah tanpa kerja keras. "Inilah yang harus kita hindari, jangan sampai Indonesia seperti itu. Distorsi ekonomi yang ditimbulkan mengakibatkan ketimpangan dan ketidakseimbangan dalam masyarakat dan perekonomian," katanya.
ALI HIDAYAT