TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga donor Bank Pembangunan Asia (ADB) menyatakan sudah menyiapkan dana sebesar US$ 1 miliar atau setara Rp 13 triliun. Dana pinjaman itu sudah masuk perencanaan pembangunan dan pendanaan tahun ini.
Direktur ADB Indonesia Steven R. Tabor mengatakan US$ 1 miliar sudah masuk dalam "buku biru" rancangan pembangunan yang dikeluarkan oleh Kementerian/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional belum lama ini.
Jumlah tersebut lebih kecil US$ 500 juta dari total pinjaman yang dijanjikan ADB untuk Indonesia sebesar US$ 1,5 miliar. "Tidak bisa secepat itu (semua dicairkan) karena ada beberapa proses," ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa, 7 Juli 2015.
Menurut Steven, uang tersebut akan digunakan untuk pembangunan berbagai proyek infrastruktur dasar. Misalnya, sanitasi, agrikultur, perairan, jalan. Selain itu, ADB juga menyatakan tak akan mudah mencairkan dana jika proses pengerjaan sebuah proyek tak terhambat.
Sedangkan untuk dana US$ 500 juta sisanya, Steven mengatakan sedang diupayakan untuk dimasukkan ke dalam "buku hijau" Bappenas. Pun, dana tersebut berpotensi untuk dirapel tahun depan atau sebagai dana pinjaman siaga seperti dana IMF.
Selain berupa fisik bangunan, Steven juga mengatakan ingin mendorong berbagai upaya agar pembangunan lebih cepat. Menurut Tabor, pihaknya akan mendukung percepatan pelaksanaan proyek-proyek infrastruktur di Indonesia dengan membantu tahap persiapannya. Misal menyiapkan feasibility study, master plan, dan amdal.
Lambatnya dan panjangnya birokrasi perizinan investasi juga poin minus yang menjadi perhatian ADB. "Sayang sekali Indonesia sudah menjadi negara middle up, tetapi servis investasinya seperti negara middle down," ujar Steven.
ANDI RUSLI