TEMPO.CO, Jakarta - Perlambatan pertumbuhan ekonomi rupanya tak mempengaruhi arus investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI) di wilayah Asia Timur dan Asia Tenggara.
Pada 2014 lalu, berdasarkan Investment Report 2015 terbitan Konferensi Perdagangan dan Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNCTAD), terjadi peningkatan FDI di kedua wilayah tersebut sebesar 10 persen, dan memecahkan rekor dengan total nilai 381 miliar dollar AS.
Menurut laporan tersebut, seperti dikutip dari keterangan pers yang disiarkan Pusat Informasi PBB pada Kamis, 25 Juni 2015, peningkatan terbesar investasi asing ini ada dalam bidang infrastruktur. Kenaikan FDI yang bersifat intra-regional ini terjadi karena semakin tingginya konektivitas antarnegara dan antarpelaku ekonomi.
Laporan ini juga menyebutkan, perusahaan multinasional merupakan investor utama dalam bidang infrastruktur, dan oleh karenanya berkontribusi dalam meningkatkan konektivas regional.
Laporan ini juga mengungkapkan, jika ditinjau secara sub-wilayah, arus masuk FDI ke Asia Timur tumbuh 12 persen ke angka 248 miliar dollar AS. Sedangkan Asia Tenggara memperoleh peningkatan 5% hingga 133 miliar dollar AS. Indonesia termasuk negara yang mengalami kenaikan arus investasi asing langsung cukup besar. FDI ke Indonesia meningkat 20 persen hingga 23 miliar dollar AS, berkat naiknya investasi ekuitas secara signifikan.
Sementara itu Singapura yang selalu menjadi negara tujuan utama investasi asing langsung di Asia Tenggara hanya mengalami kenaikan arus FDI sebesar 4 persen. Lalu Vietnam, yang jadi tujuan utama investasi perusahaan manufaktur hanya meraih peningkatan FDI sebesar 3 persen.
Adapun untuk wilayah Asia Timur, World Investment Report 2015 mengemukakan bahwa arus FDI ke Tiongkok mencapai 129 miliar dollar AS, atau hanya naik 4 persen dari tahun 2013. Ini terutama disebabkan oleh peningkatan FDI di sektor jasa, sementara FDI di sektor manufaktur menurun, khususnya pada industri yang sensitif terhadap peningkatan upah buruh.
Arus FDI ke Hong Kong membumbung 39 persen hingga mencapai jumlah tahunan 103 miliar dollar AS. Pertumbuhan fenomenal ini disebabkan melonjaknya investasi ekuitas yang terkait dengan sejumlah merger dan akuisisi besar lintas batas, seperti pembelian 25 persen saham A.S. Watson Co. senilai 5,7 miliar dollar AS oleh Temasek Holdings Singapura.
Sekretaris-Jenderal PBB Ban Ki-moon, mengatakan World Investment Report 2015 sangat penting dan bernilai, terutama karena agenda pembangunan global PBB akan memasuki fase baru yang sangat penting tahun ini.
“Banyak sekali diskusi terkait pentingnya FDI, pembuatan kebijakan investasi internasional, serta tata pelaksanaan fiskal untuk pelaksanaan agenda pembangunan yang baru dan kemajuan menuju tujuan pembangunan berkelanjutan di masa mendatang."
PRAGA UTAMA