TEMPO.CO, Nganjuk - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengerahkan Bulog untuk memangkas distribusi pangan guna menekan harga kebutuhan pokok. “Rantai distribusi pangan kita mencapai tujuh (tahapan),” kata Amran kepada Tempo, seusai panen raya di Desa Kepanjen, Kecamatan Pace, Kabupaten Nganjuk, Selasa, 23 Juni 2015. Tahapan-tahapan itu membuat harga kebutuhan pokok sangat mahal.
Amran menyampaikannya untuk menanggapi kritik anggota Komisi IV DPR RI Andi Akmal Pasluddin soal pungutan liar akibat panjangnya distribusi pangan. Akmal meminta pemerintah mengatasi biaya siluman, seperti pungutan liar yang masih membelit distribusi pangan. Ia menyebut pungutan liar itu sebagai teror yang mengakibatkan harga pangan tak terjangkau. “(Persoalan pungutan liar) ini yang menjadi salah satu alasan biaya impor pangan lebih murah dibanding produk dalam negeri yang didistribusikan antar pulau dan antar provinsi,” kata Akmal di Jakarta, Senin, 22 Juni 2015.
Menurut dia, langkah-langkah telah disusun untuk memangkas distribusi pangan. Ia mencontohkan kasus ini di antaranya terjadi pada komoditas bawang merah yang harganya mencapai Rp 36 ribu per kilogram di kota. Padahal, di daerah sentra seperti Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, harga bawang merah di tingkat petani hanya Rp 6-8 ribu per kilogram. Ini ironis mengingat kenaikan itu tidak dinikmati petani bawang merah.
Saat itu Amran memerintahkan Bulog membeli bawang dari petani di Bima dan Brebes, Jawa Tengah, dengan harga di atas permintaan petani. Kala itu Bulog membanderol harga Rp 8 ribu per kilogram, lebih mahal Rp 2 ribu dari permintaan petani Rp 6 ribu. Bulog memborong bawang merah dari Brebes dan Bima masing-masing 100 ton per hari untuk pasar perkotaan. Hasilnya, harga bawang merah di Pasar Kramat Jati Jakarta saat ini sudah turun menjadi Rp 16-18 ribu per kilogram.
Sistem distribusi yang anomali ini menyebabkan tingginya disparitas antara harga produk pangan di pasaran dengan harga di tingkat petani. Karena itu, pemerintah akan memperbaiki tata niaga dari petani ke pengepul hingga pedagang. Sebab, faktor distribusi ini tak hanya masalah sarana transportasi angkutan.
Meski saat ini harga kebutuhan pokok sudah berangsur stabil, pemerintah akan tetap menggelar operasi pasar hingga Hari Raya Idul Fitri. Bulog di seluruh Indonesia juga diperintahkan membeli seluruh hasil panen petani dengan dua skema harga, yakni harga pasaran dan harga pokok penjualan (HPP). “Kalau kualitas bagus kita pakai harga pasar, kalau jelek pakai HPP. Mudah saja,” kata Menteri.
HARI TRI WASONO