TEMPO.CO, Surabaya - Renovasi Pasar Turi yang terbakar tujuh tahun lalu masih menyisakan berbagai permasalahan bagi Pemerintah Kota Surabaya. Desakan pedagang agar Pemkot Surabaya membongkar tempat penampungan sementara dan permintaan supaya Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini memutus kontrak dengan investor PT Gala Bumi Perkasa sulit dipenuhi.
Risma menuturkan tak bisa mengabulkan permintaan salah satu pihak karena terikat perjanjian. “Dari Pemerintah Kota tidak bisa, nanti penyimpangannya di saya, karena kontraknya BOT (build-operate-transfer). Saya sebagai wali kota harus melindungi dua-duanya,” ucapnya, Jumat sore, 19 Juni 2015.
Risma menjelaskan, terdapat dua persoalan rumit menyangkut tiga pihak, yaitu Pemkot Surabaya, PT Gala Bumi Perkasa selaku investor, dan pedagang. Perjanjian antara Gala Bumi Perkasa dan Pemkot menyangkut addendum (perubahan perjanjian) soal tenggat waktu penyelesaian pembangunan. “Yang jadi masalah tentang addendum, karena penyelesaiannya molor. Sampai sekarang belum ada tanggapan,” ujarnya.
Di sisi lain, Gala Bumi Perkasa mengajukan perubahan status tanah Pasar Turi yang semula berupa hak pengelolaan lahan (hak pakai) menjadi strata title atau hak kepemilikan bersama. “Kami tolak, karena itu dibangun di atas tanah Pemerintah Kota. Kami sudah dapat surat legal opinion dari Kejaksaan Tinggi Jawa Timur, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), dan Mendagri. Semua sepakat tidak boleh strata title,” kata Risma.
Artinya, ucap dia, dengan skema BOT, investor berhak mengelola selama 20 tahun, kemudian kepemilikan kembali ke Pemerintah Kota Surabaya. Namun Risma mempersilakan pedagang yang ingin mulai berdagang di dalam bangunan baru. "Solusinya bagi yang pengin masuk, masuk saja. Kalau ada yang bertahan, masak, saya seret-seret masuk? Kan, ya tidak," ujarnya.
Perempuan 53 tahun itu juga menanggapi santai keluhan pedagang yang menganggap bangunan Pasar Turi yang baru belum 100 persen selesai. Bahkan mereka telah melaporkan Risma ke Ombudsman. "Mereka itu sebenarnya menunggu saya memutus kontrak dengan investor. Tapi ya saya juga memikirkan risikonya. Ya nanti saja kita lihat," tuturnya.
ARTIKA RACHMI FARMITA