TEMPO.CO , Jakarta:Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri memprediksi Bank Indonesia masih tetap menahan suku bunga acuan (BI Rate) di angka 7,5 persen. Meski demikian dia mengaku tidak tertutup kemungkinan perkiraan tersebut salah. "Tidak ada room (ruang) untuk menurunkan interest rate, bunga yang rendah akan membuat rupiah melemah," katanya saat ditemui di Grand Hyatt Hotel, Rabu 17 Juni 2015.
Menurut Chatib, jika bunga bank rendah maka return dari investasi domestik lebih kecil. Selanjutnya kalau return dari investasi lebih kecil maka pergerakan uang akan kembali. "Kalau sekarang banyak yang nanya kenapa rupiah melemah, berarti fokusnya Bank Indonesia more and less itu."
Chatib tidak membantah kondisi mata uang rupiah rentan hingga akhir tahun ini. Tidak hanya rupiah, Ekonom Universitas Indonesia ini yakin situasi pelemahan ini juga dialami oleh semua mata uang. "Ini (seperti) analogi seperti ekspektasi yang terus tertunda, baiknya the Fed (Bank Sentral) naikkan saja, kalau dinaikkan orang sudah enggak punya ekspektasi lagi mengenai itu, maka orang akan price in," katanya.
Menurut dia, pelemahan rupiah ini disebabkan normalisasi kebijakan moneter di Amerika Serikat. Pelemahan rupiah ini berdampak pada pasar saham. "Orang investasi dolar, beli barang dalam rupiah. Kalau rupiah jatuh, nilai saham yang dia punya makin rendah, return kecil. itu yang terjadi di bond market dan stock market," katanya.
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan pelemahan rupiah dan menurunnya cadangan devisa saat ini masih terkendali. Bambang mengatakan Indonesia belum perlu melakukan kebijakan khusus seperti merevisi undang-undang bebas devisa misalnya. “Sekarang kita harus atur kekuatan dengan kondisi yanga ada dulu saja,” kata Bambang.
ALI HIDAYAT