TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Provinsi Jawa Timur mendesak pemerintah pusat turun tangan langsung menekan mahalnya ongkos logistik di provinsi tersebut, meski saat ini sudah dibangun fasilitas Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE).
Asisten II Setdaprov Jatim Hadi Prasetyo menjelaskan guna membangun kedaulatann perdagangan di Jawa Timur, pemerintah pusat harus terlibat. Pasalnya, provinsi yang menjadi simpul (hub) distribusi bagi Indonesia Timur itu semakin terancam oleh tawaran jasa logistik murah dari negara lain.
Dia mencontohkan saat ini Jawa Timur bersaing dengan Filipina di kawasan tepi antara Mindanao dan Sulawesi Utara. Jawa Timur yang selama ini memasok untuk Sulawesi Selatan merasa terancam karena ongkos pengiriman suplai dari Mindanao ternyata lebih murah ketimbang dari Surabaya.
Hal serupa juga terjadi di Kalimantan tempat barang yang disuplai dari Selangor, Sabah, dan Serawak diklaim lebih murah ketimbang dari Jatim. “Kalau sampai biaya logistik di Indonesia timur lebih murah dari luar negeri saat MEA, celakalah kita,” tegasnya, Kamis, 11 Juni 2015.
Bagaimanapun, terdapat beberapa pangsa potensial bagi Jatim, yaitu Timor Leste dan Papua Nugini. Hadi mengungkapkan Timor Leste tengah mempertimbangkan pengiriman suplai keramik lewat Jatim dan Kupang, yang lebih murah ketimbang lewat Darwin, Australia.
“Papua Nugini juga sekarang ingin barang-barang lebih murah, karena daya beli mereka turun. Kalau disuplai lewat Australia akan mahal. Jadi, mereka mencari opsi dari RI. Nah, karena Jayapura belum punya sarananya, mereka membidik Jatim.”
Pelabuhan internasional terbaru di Jatim, JIIPE, dijadwalkan siap beroperasi pada 2017. Proyek seharga Rp7 triliun itu akan menjadi pelabuhan pertama yang terintegrasi dengan kawasan industri dengan total luas lahan 2.933 hektare.
Direktur Utama PT Berlian Jasa Terminal Indonesia (BJTI) Putut Sri Muljanto mengatakan Java Integrated Industrial and Port Estate akan mampu menampung setidaknya 50 industri. Saat ini, baru ada 4 industri yang telah memasuki fasilitas tersebut.
Java Integrated Industrial and Port Estate dibangun dengan kedalaman 16 meter low water spring (LWS), melebihi Arus Pelayaran Barat Surabaya (APBS) yang baru direvitalisasi menjadi 13 meter LWS. Harapannya, kapal-kapal berdraf dalam dan tonase besar dapat masuk ke Manyar untuk mengefisienkan aktivitas bongkar muat di kawasan industri tersebut.