TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Muliaman D. Hadad menyarankan pelaku jasa keuangan membuat inovasi dalam mengejar program melek finansial. Inovasi tersebut sangat dibutuhkan karena harus ada upaya khusus untuk mengubah perilaku masyarakat yang sangat beragam perilaku dan budayanya.
"Tidak mungkin ada satu program yang bisa cocok digunakan di semua kalangan masyarakat karena banyak aspek harus dipertimbangkan, seperti tingkat pengetahuan, pendidikan, dan latar belakang budaya setiap masyarakat," ujarnya saat membuka seminar Financial Literacy to Support Financial Inclusion di Nusa Dua, Selasa, 9 Juni 2015.
Menurut dia, dari beberapa program literasi keuangan yang sudah dijalankan OJK bersama lembaga keuangan, kegiatan berbasis komunitas masyarakat lebih efektif. Pasalnya, dari awal ada kesamaan paham kepentingan, pandangan, dan tujuan.
Dia menilai program berbasis komunitas ini tidak hanya tentang mendidik masyarakat mengenai sektor keuangan, tapi juga membawa lebih dekat dengan mereka sehingga sejalan dengan program inklusi keuangan. Untuk itu, ke depan OJK akan memperbanyak kerja sama dengan berbagai kalangan masyarakat, seperti pemerintah daerah, dalam menjalankan program ini. "Sekaligus mensinergikan kegiatan ini dengan program penyaluran bantuan pemerintah ke masyarakat," tuturnya.
Berdasarkan survei literasi keuangan yang dilakukan OJK pada 2013 di 20 provinsi dengan responden sebanyak 8.000 orang, tingkat literasi masyarakat Indonesia sebesar 21,8 persen dengan tingkat inklusi 59,7 persen.