TEMPO.CO , Pekanbaru: Produksi ladang minyak PT Chevron Pacific Indonesia Gathering Station (GS-1) Minas, Riau, disebut terus mengalami penurunan. Saat ini ladang minyak terbesar di Indonesia itu hanya mampu memproduksi 14.000 barel minyak mentah per hari.
Site Safety Oficer GS-1 Minas, Nursal, mengatakan, produksi minyak menurun disebabkan menipisnya cadangan minyak di wilayah itu sejak dieksploitasi pada 1980. "Cadangan minyak menipis," katanya dalam Workshop Jurnalis Camp yang diadakan Aliansi Jurnalis Independen Pekanbaru, Minggu, 7 Juni 2015.
Menurut Nursal, produksi minyak Minas sempat di posisi puncak pada 1997 mencapai 80 ribu barel per hari dengan jumlah total produksi nasional 1,1 juta barel per tahun. Dia mengakui, cadangan minyak Riau sudah terpakai empat miliar barel dari caangan terbukti delapan miliar barel.
Namun, persoalannya, kata Nursal, biaya produksi yang dikeluarkan untuk mengeksploitasi cadangan minyak tersisa membutuhkan biaya besar dan teknik pengeboran yang rumit. Cadangan minyak ditemukan lebih jauh dari sebelumnya mencapai kedalaman 6 kilometer dalam tanah. Sehingga, semakin dalam pengeboran minyak, semakin besar pula biaya yang dikeluarkan.
Sementara pemerintah menargetkan produksi minyak tahun 2015 per hari mencapai 900 ribu barel. Untuk itu PT Chevron berupaya merealisasikan dengan menjaga produksi minyak dari 300 sumur yang dikelola dan merencanakan akan menambah sumur baru hingga 500 sumur produksi.
Saat ini produksi minyak Chevron mencapai 302 ribu barel per hari atau 36 persen dari produksi nasional. "Kami maksimalkan produksi dari sumur yang ada," kata Humas PT Chevron, Yulia Rintawati.
RIYAN NOFITRA