TEMPO.CO, Jakarta - Markas Besar Kepolisian RI akan mengirim sampel beras yang diduga berbahan plastik ke Universitas Indonesia dan Institut Pertanian Bogor. Langkah itu dilakukan setelah hasil pengujian Badan Pengawas Obat dan Makanan serta dan Sucofindo berbeda. “Uji laboratorium dari dua universitas itu bertujuan mendapatkan hasil yang lebih akurat dan signifikan,” kata juru bicara Markas Besar Kepolisian, Inspektur Jenderal Anton Charlian, Kamis, 29 Mei 2015.
Kepala Kantor Hukum, Promosi, dan Hubungan Masyarakat Institut Pertanian Bogor Yatri Indah Kusumastuti mengatakan pihaknya siap meneliti dan menguji beras bermasalah tersebut. IPB memiliki sejumlah laboratorium untuk meneliti zat-zat yang terkandung dalam sampel beras tersebut. Pilihan laboratoriumnya akan bergantung pada jenis uji yang diminta. “Semuanya tersedia di IPB,” kata Yatri, melalui pesan pendek, Kamis, 29 Mei 2015.
Baca Juga:
Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia Tulus Abadi mengatakan berita kasus beras plastik semakin simpang-siur, sehingga membuat masyarakat bingung. “Pernyataan pemerintah selama ini tak meyakinkan,” katanya.
Sesuai dengan Undang-Undang Perlindungan Konsumen, kata Tulus, masyarakat berhak mendapat informasi utuh dan benar terkait dengan kasus beras yang diduga mengandung senyawa plastik itu. Kalau dalam hasil uji ditemukan ada senyawa plastik dalam beras, pemerintah layak dituntut. “Sebab pemerintah telah memberi informasi yang salah,” katanya.
Sementara itu, Dewi Septiani, 29 tahun, kembali menjalani pemeriksaan penyidik Kepolisian Resor Kota Bekasi Kota, Kamis lalu. Penjual bubur dan nasi uduk itu diperiksa selama 12 jam di Unit Kriminal Khusus. "Masih seputar beras, tapi lebih mendalam," kata kuasa hukum Dewi, Ahmad Hardi Firman, 29 Mei 2015
Ahmad mengatakan pemeriksaan tersebut berkaitan dengan asal-usul beras yang diperoleh Dewi. Beras itu dibeli dari Toko Sembiring di Pasar Tanah Merah, perumahan Mutiara Gading Timur, Kecamatan Mustikajaya, Kota Bekasi. "Ditanya lebih detail mulai dari beli beras, memasak, sampai curiga beras itu dianggap tak layak konsumsi," katanya.
IMAM HAMDI | SIDIK | ADI WARSONO| KHAIRUL ANAM