TEMPO.CO, London - Menteri Keuangan Amerika Serikat, Jack Lew meminta kepada negara-negara di dunia untuk tetap mewaspadai kemungkinan Yunani mengalami gagal bayar utang (default). Sebab negosiasi utang Yunani dengan para kreditor hingga saat ini masih deadlock dan mengancam perekonomian Eropa dan global.
“Walau ada kemajuan dalam negosiasi akan tetapi Yunani belum menunjukkan rencana yang kredibel dalam menyelesaikan utang mereka,” ujar Lew ketika berbicara di kampus London School of Economics, London, Rabu 27 Mei, waktu setempat.
Menurut Lew, semua negara tidak boleh meremehkan dampak dari status default Yunani. Sebab dampaknya ke ekonomi kawasan zona euro dan dunia cukup besar. “Jika negosiasi Yunani dengan negara-negara kreditor terus menerus tertunda mendekati deadline, maka krisis akan kembali terjadi,” katanya.
Maka itu, Lew meminta agar para kreditor segera menemukan solusi untuk mengatasi krisis utang Yunani. Sebab jika tak segera diatasi, maka dampak krisis Yunani akan mengakibatkan situasi ekonomi yang tidak terkendali.
Yunani berutang pada Dana Moneter Internasional (IMF) hingga 32 miliar euro. Anggota Uni Eropa ini juga berutang ke Bank Sentral Eropa (ECB) sebanyak 20 miliar euro, serta kepada Prancis, Italia, dan Jerman masing-masing sebesar 42 miliar, 37 miliar, dan 56 miliar euro. Utang Yunani juga berasal dari pinjaman dan obligasi bank-bank asing.
Total utang Yunani saat ini berjumlah 323 miliar euro, atau berkisar 175 persen dari produk domestik brutonya. Yunani telah menerima dana talangan dari Uni Eropa dan IMF sejak 2010, namun sudah tidak menerima utang lagi sejak Agustus 2014.
Pemerintah Yunani pada Rabu waktu setempat mengumumkan sedang menyiapkan draf perjanjian dengan para kreditor. Sebab jika tak kunjung ada kesepakatan, maka Yunani berisiko langsung bangkrut dalam beberapa pekan. Babak baru perundingan sudah dimulai pada Rabu di Brussel. Pejabat pemerintah Yunani menyatakan bahwa kedua belah pihak mulai menyiapkan draf perjanjian level teknis.
VISHNU JUWONO (LONDON)