TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata Kementerian Pariwisata Dadang Rizki Ratman menuturkan perangko tidak hanya sebagai media promosi dan diplomasi ketika digunakan untuk berkirim surat. Perangko juga dapat menjadi koleksi yang pada akhirnya dapat menjadi investasi.
“Tiga fungsi perangko, sebagai media promosi, sarana diplomasi, dan koleksi,” tuturnya saat peluncuran perangko PRISMA Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung, Selasa, 20 Mei 2015.
Manajer Filateli Tata Sugiarta mengatakan saat ini perangko Indonesia termahal senilai Rp 20 miliar. Ini merupakan perangko pertama yang dicetak pada 1864, saat era Hindia Belanda.
Perangko kuno ini memiliki nilai jual tinggi di secondary market karena sangat langka. “Pemiliknya orang Singapura,” ucapnya.
Selain itu, perangko nominal Rp 50 ribu yang dicetak dalam rangka 150 tahun terbitnya perangko Indonesia kini sudah habis terjual di PT Pos Indonesia. PT Pos Indonesia hanya mencetak 40.000 keping. “Dan saat ini di penjualan Filatelis sudah sampai Rp 500 ribu,” ujarnya.
Tema perangko yang semakin menarik akan berdampak pada nilai yang semakin bagus. Namun, menurut Tata, tidak semua perangko dengan usianya lebih tua memiliki harga yang lebih mahal.
Tata mencontohkan, perangko Presiden Indonesia pertama Sukarno yang dicetak 12 juta keping kalah bersaing dengan perangko Presiden Indonesia ketiga B.J. Habibie yang dicetak 30 ribu keping. “Karena dicetaknya terbatas,” katanya.