TEMPO.CO, Malang -Manajemen Hotel Atria menyatakan secara bisnis dalam kondisi sehat. Tak ada pemecatan atau merumahkan karyawan karena bisnis perhotelan yang sempat lesu di Kota Malang, Jawa Timur, oleh manajemen hotel ini.
Berita ini sekaligus meralat berita sebelumnya (Bisnis Hotel Malang Lesu, Karyawan Dirumahkan) karena terjadi kekeliruan dalam menyebut nama hotel lain sebagai Hotel Atria. "Tingkat okupansi kami sekitar 56 persen, itu bisa melampaui target," kata General Manager Atria Hotel&Conference Wahyono, meluruskan, Kamis 21 Mei 2015.
Wahyono menegaskan tak ada pemecatan atau kebijakan merumahkan sejumlah karyawan seperti yang terpaksa diakukan manajemen hotel lain di Malang. Bahkan selama ini, kata dia, Atria secara reguler melakukan pelatihan bersama Sekolah Kejuruhan dan Perguruan Tinggi bidang pariwisata. "Mereka disiapkan sebagai tenaga terampil di sektor perhotelan."
Wahyono mengakui, bisnis perhotelan di Malang pada kuartal pertama tahun ini memang lesu. Tapi disebutnya mulai beranjak membaik pada kuartal kedua. Menurutnya pula, bisnis perhotelan di Malang sudah ketat sejak lama sehingga menuntut perusahaan untuk kreatif dalam memasarkan kepada konsumen.
Dia mencontohkan saat Ramadhan mendatang Atria menawarkan paket berupa tamu hotel yang bakal mendapat sahur dan takjil. Selain itu, juga dipastikan banyak perusahaan swasta dan pemerintah yang melakukan meeting atau pertemuan sekaligus buka puasa bersama.
"Paket meeting tersebut akan memacu pemasukan saat bulan puasa lantaran selama puasa hunian hotel akan berkurang."
Wahyono menambahkan, pasar di Malang masih menjanjikan meski total sebanyak 70 hotel yang berdiri di Malang. Namun, dia menyarankan, pelaku usaha perhotelan bersama industri pariwisata harus bekerja sama dengan pemerintah untuk menyiapkan obyek wisata lain untuk lebih banyak mengundang wisatawan. Selama ini, kunjungan wisata terbanyak ke Gunung Bromo dan Batu. "Banyak pantai indah yang belum digarap," katanya.
Sebelumnya, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Kota Malang Herman Soemarjono menjelaskan rata-rata okupansi hotel di Malang sekitar 40 persen. Sehingga, menurut dia, pembangunan hotel baru harus dihentikan agar tak mematikan usaha yang telah ada. "Pelaku bisnis perhotelan di Malang sudah jenuh," katanya.
Merosotnya tingkat okupansi hingga memaksa pengurangan karyawan itu diantaranya diakui pihak manajemen Hotel Aria Gajayana Malang dan juga Hotel Pelangi.
EKO WIDIANTO