TEMPO.CO, Jakarta - Investor bidang minyak dan gas asal Iran berniat mengembangkan pabrik pengolahan aspal di Kabil, Batam. Daerah ini dianggap berpotensi menjadi penghubung Asia bagi jalur pelayaran dunia dan pasokan aspal di Selat Malaka.
"Investor Iran setidaknya membutuhkan luas lahan sekitar 40-80 hektare untuk pabrik. Jika pabrik itu terwujud, Batam menjadi penghubung bagi negara-negara pembeli aspal dari Iran," kata Direktur Promosi dan Humas Badan Pengelola Batam Purnomo Andiantono di Batam, Selasa, 19 Mei 2015.
Andi mengatakan investor tersebut bergerak pada bidang minyak dan gas. Namun, untuk di Batam, mereka akan mengembangkan aspal sebagai varian. Selama ini Batam mendapat pasokan aspal yang dibeli dari Singapura, yang juga mendapat pasokan dari Iran. Sama seperti Cina yang juga menyerap pasokan aspal dari Iran. "Jadi, kalau dibangun di Batam, jalur distribusi untuk Kepri dan negara-negara lain akan lebih mudah," ujar Andi.
Untuk mendukung hal tersebut, pihak Iran berniat membangun tangki pemanas aspal atau Asphalt Oriented Refinery Plant di atas lahan yang tahan terhadap suhu panas sekitar 180 derajat Celsius. "Saat ini tengah tahap negosiasi dengan Pertamina mengenai lahan yang hendak disewa. Mereka juga akan bangun tangki sendiri jika ini terwujud," tuturnya.
Rencana investasi Iran tersebut, kata Andi, menunjukkan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam masih menjadi salah satu yang menarik bagi investor. "Lahan untuk menyerap investasi di Batam masih memungkinkan untuk menyerap banyak investasi baru. Hanya, perlu tambahan-tambahan insentif agar semakin banyak investasi masuk," ucap Andi.
ANTARA