TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Soedirman Said mengapresiasi pembubaran Pertamina Energy Trading Limited (Petral) oleh induk perusahaan PT Pertamina (Persero).
Musababnya, menurut Soedirman, Petral kerap melakukan penggelembungan harga (price built-up) dalam pengadaan BBM. "Dan kita semua tidak tahu (uangnya) lari ke mana," ujar Soedirman di kantor Kementerian ESDM, Jumat, 15 April 2015.
Kata Soedirman, dari catatan perseroan, selama ini Petral hanya memberi diskon sekitar 25 sen per barrel atas pasokan BBM impor dari pasar global. Sebelum adanya perombakan, Petral menjadi satu-satunya pemasok minyak impor Pertamina.
Setelah kewenangan pengadaan Petral ditarik ke Pertamina Integrated Supply Chain (ISC), melalui tender terbuka, ternyata diskon BBM mencapai US$ 1-1,5 per barrel. Lonjakan diskon ini memicu penghematan duit perseroan hingga US$ 22 juta, atau setara dengan Rp 289 miliar dalam tiga bulan.
Fakta ini disimpulkan Soedirman sebagai kesalahan Petral. "Ada ruang efisiensi sangat besar yang tidak dimanfaatkan," dia berujar.
Inefisiensi Petral lebih lanjut bakal diinvestigasi oleh tim auditor independen yang ditunjuk Pertamina. Jika ditemukan pelanggaran hukum, Soedirman janji bakal mengusut kasus ini bersama aparat.
Sebelumnya Direktur Utama Pertamina, Dwi Sutjipto, menargetkan US$ 400 juta atau sekitar Rp 5,2 triliun dapat dihemat karena pembubaran Petral. Perseroan juga membubarkan dua anak usaha lainnya yakni Pertamina Energy Service (PES) dan Petral Zambise.
ROBBY IRFANY