TEMPO.CO, Jakarta - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk membukukan laba sebesar US$ 12,4 juta setara dengan Rp 161 miliar pada kuartal I 2015 atau meningkat 107,5 persen dibanding periode sama 2014 yang mengalami kerugian sebesar US$ 166,2 juta.
Direktur Utama Garuda Indonesia, M Arif Wibowo, usai RUPS PT Garuda Indonesia, di kantor Garuda, Tangerang, Jumat, mengatakan upaya tersebut merupakan bagian dari strategi jangka pendek perusahaan dan berbagai langkah efisiensi.
"Ini merupakan strategi quick wins karena 2015 merupakan tahun konsolidasi untuk meningkatkan pendapatan perusahaan atau revenue generator dan cost structure recovery (perbaikan struktur pembiayaan)," kata Wibowo.
Pendapatan (operating revenue) Garuda Indonesia pun, lanjut dia, ikut terkerek sebesar 927,3 juta dolar AS pada kuartal I 2015 atau meningkat sebesar 13,4 persen dibanding periode yang sama 2014 yang hanya mencapai US$ 817,4 juta.
Dia menambahkan, pendapatan pendapatan dari penumpang pun meningkat sebesar 10,6 persen menjadi US$ 753,6 juta pada kuartal I 2015 dibandingkan periode sama 2014 sebesar US$ 681,0 juta. Artinya, lanjut dia, jumlah penumpang pun mengalami kenaikan sebesar 18,3 persen menjadi 7,6 juta penumpang pada kuartal I 2015 dibandingkan periode sama 2014 sebanyak 6,4 juta penumpang.
Selain penumpang, dia menambahkan, muatan kargo yang diangkut juga turut terkontraksi sebesar 6,7 persen menjadi 100.920 ton pada Kuartal I 2015 dibandingkan periode yang sama 2014 sebanyak 94.608 ton. "Di samping itu, peningkatan juga terlihat dari pangsa pasar domestik dan internasional," katanya.
Dia mengatakan, peningkatan pangsa pasar internasional juga dipicu oleh peresmian rute baru Beijing-Denpasar selama tiga kali dalam seminggu mulai Januari 2015. Untuk lebih memperkuat pasar internasional, dia juga lebih menekankan rute-rute Timur Tengah dan Cina.
Upaya yang dilakukan, dia menyebutkan, di antaranya dengan mengubah kompartemen bisnis menjadi seluruhnya kelas ekonomi dari enam pesawat Boeing B-777-800 untuk rute ke China.
ANTARA