TEMPO.CO, Semarang - Pertumbuhan e-commerce atau perdagangan secara online di Indonesia tumbuh 83 persen per tahun. “Pasar e-commerce di Indonesia kurang dari 1 persen perputaran bisnis secara langsung,” kata Senior Vice President Lazada Indonesia Ryn Hermawan dalam diskusi “Membangun Kerajaan Bisnis Secara Online” di Semarang, Senin, 11 Mei 2015.
Menurut Hermawan, data menunjukkan peluang bisnis online yang rata-rata dilakukan secara retail di dalam negeri masih berpeluang tumbuh. Salah satu penyebabnya adalah usaha ini mudah dilakukan karena tidak perlu gudang. “Masih ada peluang mengalihkan kepercayaan pelanggan dari toko ke online,” ujar Hermawan.
Dia bercerita, usaha online lewat bendera Lazada yang dirintisnya sejak 2012 itu awalnya hanya mendapat pesanan lima orang per hari. Namun kini, jumlah pesanan telah meningkat menjadi ratusan ribu per hari.
Potensi pasar online di Indonesia juga didukung dengan tingginya jumlah pengguna Internet. Di Indonesia terdapat 70 juta akun Facebook aktif dan 1,4 persen pemakai Twitter ada di Bandung. "Sedangkan rata-rata pengguna memanfaatkan waktu hingga 180 menit untuk melihat produk,” ucapnya. Peluang bisnis online saat ini juga didukung oleh kemudahan teknologi telepon seluler sebagai kepanjangan untuk memasarkan dan memesan barang.
Wakil ketua Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres, Pos, dan Logistik Indonesia Johari Zein menyatakan siap mendukung bisnis online. Langkah yang dilakukan para pengusaha pengiriman barang adalag membuat pelanggan nyaman dan hemat, agar bisnis online tetap hidup. “E-commerce tren di kota-kota besar. Ini gaya hidup yang dimungkinkan akan terus berkembang,” kata Johari.
Namun, ujar dia, e-commerce di Indonesia masih kalah dengan Korea Selatan yang tercatat ada satu perusahaan e-commerce mampu mengirimkan order hingga 1 juta paket. “Ini peluang juga ketika Masyarakat Ekonomi ASEAN sangat membuka koneksi antara Indonesia dan negara lain,” tuturnya.
EDI FAISOL