TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menargetkan pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir bakal beroperasi di Indonesia pada tahun 2025. Lokasi pembangunan mengerucut pada dua tempat, yakni di Kalimantan dan Bangka Belitung. "Saat ini kami sedang studi. Berbarengan dengan itu, kami mengedukasi masyarakat soal nuklir," ujar Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Jarman, di Jakarta, Ahad, 10 Mei 2015.
Kalimantan dan Bangka Belitung dipilih karena dua daerah ini tidak rawan gempa bumi ataupun tsunami. Studi kelayakan terhadap Bangka sudah dilakukan, sementara Kalimantan masih menunggu koordinasi instansi terkait. "Kalau studi kelayakan Kalimantan selesai, kami tinggal menentukan mekanisme pembangunan oleh PT PLN (Persero) atau swasta," kata Jarman.
Menurut Jarman, pembangunan PLTN itu perlu karena sulit membangun pembangkit listrik 7.000 megawatt per tahun jika hanya mengandalkan energi fosil. Bahan bakar seperti gas, batu bara, ataupun diesel itu sudah mulai dibatasi oleh Kementerian ESDM.
Saat ini saja, kata Jarman, sumber listrik batu bara hanya dibatasi 60 persen dari total proyek 35 ribu MW. Adapun energi nuklir bakal menyumbang 5.000 MW dalam megaproyek ini bakal ini.
Ketua Komisi Energi DPR RI Kardaya Watnika justru mendukung pembangunan PLTN di Bangka Belitung. Sebab, studi kelayakan sudah dilakukan dan pemerintah daerah setempat sudah siap. Distribusi dari Bangka juga lebih jelas sebab listrik dapat dialirkan ke Sumatera dan Jawa melalui Kota Palembang, Sumatera Selatan. "Dibanding Kalimantan yang kebutuhan listriknya masih sedikit," ujar dia secara terpisah.
ROBBY IRFANI