Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

41 Seniman Pamerkan 100 Karya Lukis di Rumah Buku Duniatera

Editor

Saroh mutaya

image-gnews
Karya seniman Hendro Suseno dalam pameran tunggal berjudul, Soliter X Solider di Bentara Budaya Yogyakarta, 6 Maret 2015. TEMPO/Shinta Maharani
Karya seniman Hendro Suseno dalam pameran tunggal berjudul, Soliter X Solider di Bentara Budaya Yogyakarta, 6 Maret 2015. TEMPO/Shinta Maharani
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak 41 seniman memamerkan sekitar 100 karya lukisan berupa "drawing" dengan tajuk "Rasah Dipikir" (Tidak perlu dipikir) di Rumah Buku Duniatera Borobudur, Kabupaten Magelang, Jateng, selama sebulan, mulai 9 Mei hingga 9 Juni 2015.

"Pameran ini ide awalnya berangkat dari dua anggota kami (Forum Kilometer Nol Borobudur, sebagai penyelenggara, red.), Mang Yani dan Arief Sulaiman," kata Penasihat Forum Kilometer Nol Borobudur, Kabupaten Magelang Darmanto Andreas sebelum pembukaan kegiatan itu, di Borobudur, Sabtu (9/5) malam.

Para peserta pameran berasal dari sejumlah kota, seperti Yogyakarta, Kota Magelang, Kabupaten Magelang, Bali, Semarang, Klaten, Solo. Di antara mereka, juga kalangan mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta dan mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta.

Ia mengemukakan menggambar sebagai naluri paling purba saat godaan estetik seseorang sejak kecil mendera tanpa kenal tempat dan waktu.

"Pameran ini mewadahi naluri purba itu," kata Darmanto yang juga pelukis dan desainer buku yang tinggal di sekitar Candi Mendut Kabupaten Magelang itu.

Ia mengemukakan dalam konteks paling kontemporer, tentang apa definisi "drawing", barangkali harus mengacu kepada para akademisi dan sekaligus para autodidak.

Untuk itu, katanya, harus dipercaya dengan sepenuh hati, ketika melintas di kepala para perupa, suatu konsep yang bebas tentang "drawing yang membebaskan".

Ia mengemukakan konsep tersebut semestinya berusaha tidak mengacu lagi (secara keras kepala) kepada pembatasan media, gaya, teknik, dan tradisi yang sudah telanjur menjadi sejarah yang membatasi pemahaman tentang karya lukis tersebut.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Setidaknya, katanya, ketika melihat kenyataan media kertas untuk tradisi menggambar yang selama ini semacam menjadi karakter baku, sebagian besar perupa gambar mulai mengangkat "drawing" di atas media kanvas dengan memadukan berbagai alat dan teknik.

"Boleh jadi hal ini juga dilakukan oleh sebagian besar perupa akademis. Gejala ini setidaknya memberi isyarat bahwa drawing akan segera naik kelas," katanya.

Ia menyebut pameran "drawing" tersebut sebagai improvisasi para perupa, khususnya yang tergabung dalam Forum Kilometer Nol Borobudur, dengan melibatkan banyak seniman berasal dari sejumlah kota.

"Penyelenggaraan ini setidaknya membuka kesadaran untuk menggarap pameran serupa secara lebih serius," katanya.

Sejumlah karya "drawing" yang dipamerkan di Rumah Buku Duniatera Borobudur, sekitar 500 meter timur Candi Borobudur itu, antara lain berjudul "Lihat Depan" (Budiyono), "Master of Puppet" (Didit Pratomo), "Potret Diri" (I Made Arya Dwika Dedok), "Ndadi Art" (Kartiko Prawiro), "Slash" (Muhammad Fahmi), dan "Communication Series with Flower#1".

Pembukaan pameran yang dirangkai dengan pementasan kesenian secara berkala dan mandiri oleh Forum Kilometer Nol Borobudur di Pendopo Rumah Buku Duniatera itu, antara lain dihadiri Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Magelang Edy Susanto, Koordinator Komunitas Seniman Borobudur Indonesia (KSBI) Umar Chusaeni, pengelola "Tuksongo Visual Arts House" Dedy PAW, dan pengamat seni budaya Universitas Tidar Magelang Tri Setyo "Gepeng" Nugroho. 

ANTARA
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

27 hari lalu

Pameran Voice Against Reason. Foto: Museum Macam.
Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.


Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

33 hari lalu

Pameran seni rupa Islami berjudul Bulan Terbit  sejak 15 Maret hingga 14 April 2024 di Grey Art Gallery Bandung. (Dok.Grey)
Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.


Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

16 Oktober 2023

Karya instalasi buatan Michelle Jovita berjudul Massa Manusa. (Dok.pameran).
Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

Gen Z menggelar pameran seni rupa yang berisi karya digital art, seni instalasi, gambar atau drawing, lukisan, seni grafis, patung, juga performance


Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

23 September 2023

Pameran Lengan Terkembang: Ruas Lintas - Abilitas di Bale Tonggoh Selasar Sunaryo Art Space Bandung melibatkan belasan peserta seniman difabel.  Foto: TEMPO| ANWAR SISWADI.
Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

Program itu dilatari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia selama ini belum menjadi ruang khalayak yang inklusif.


Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

19 September 2023

Pameran Artsiafrica#2 di Galeri Pusat Kebudayaan Bandung berlangsung 16 - 30 September 2023. Foto: Dok.Galeri.
Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

Pameran seni rupa bertajuk Artsiafrica menampilkan sosok warga Asia dan Afrika lewat muka hingga balutan budayanya di negara masing-masing.


Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

4 September 2023

Pameran kelompok Ambari di Galeri Orbital Dago Bandung hingga 17 September 2023. (TEMPO/ANWAR SISWADI)
Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

Karya yang ditampilkan 9 anggota dari kelompok Ambari dalam pameran Prismeu adalah perwujudan dari benda atau alam sekitar yang nyata di keseharian.


Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

20 Agustus 2023

Lukisan karya Iwan Suastika berjudul Beauty in a Chaotic Rhythm. Dok. D Gallerie
Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

Pameran tunggal Iwan Suastika diharapkan dapat membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan dengan perubahan alam.


Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

19 Juni 2023

Karya Dionisius Caraka berjudul Tumbukan Lato-lato di Galeri Ruang Dini Bandung. TEMPO/ANWAR SISWADI
Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

Pameran Seni Rupa yang berlangsung di Galeri Ruang Dini, Bandung itu banyak menggunakan media papan kayu.


Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

21 Mei 2023

Karya Isa Perkasa berjudul Masker 2024. (Dok.Pribadi)
Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

Ada cara yang dinyatakan oleh para seniman dalam pameran seni rupa ini, seperti mengenali ulang apa yang terlihat sebagai realitas keseharian.


Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

7 April 2023

(kiri ke kanan) Hilmar Faris, Claire Siregar, Sylvia Siregar pada acara pembukaan Bianglala Seribu Imajinasi, di Bentara Budaya Jakarta, Jakarta Pusat, pada Rabu, 5 April 2023. Foto: TEMPO | Gabriella Amanda.
Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

Imajinasi unik dan berbeda yang dimiliki penyandang autisme ini terlihat dari karya mereka yang memiliki makna sudut pandang sendiri.