TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah harus lebih banyak mempromosikan produk industri kulit nasional ke pasar mancanegara. "Mutu produk kulit dalam negeri saat ini sudah cukup baik dan bisa diekspor ke luar negeri. Tapi namanya masih sedikit yang dikenal," kata Menteri Perindustrian Saleh Husin saat membuka pameran Indo Leather and Footwear 2015 di Kemayoran, Jakarta, pada Kamis, 7 Mei 2015.
Menurut Saleh, pengusaha luar negeri menjual produk Indonesia tapi dengan nama merek mereka. Untuk itu, Kementerian Perindustrian akan mengusahakan agar branding dapat lebih maju.
"Dengan demikian, daya saing produk dalam negeri dapat lebih ditingkatkan. Langkah ini penting terutama untuk menghadapi perdagangan bebas," ujarnya.
Peran industri nonmigas terhadap produk domestik bruto nasional pada tahun 2014 sebesar 17,87 persen. Sekitar 0,27 persen di antaranya berasal dari kontribusi pertumbuhan industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki. Tahun 2014, investasi industri alas kaki nasional saat ini dari 394 perusahaan mencapai Rp 11,3 triliun dengan menyerap 643 ribu tenaga kerja.
Ekspor industri alas kaki terus meningkat. Pada 2014, nilai ekspor produksi alas kaki nasional mencapai US$ 4,11 miliar, naik 6,44 persen dari tahun sebelumnya sebesar US$ 3,86 miliar.
Tujuan ekspor utama produk alas kaki Indonesia adalah Amerika Serikat, Belgia, Jerman, Inggris, dan Jepang. Industri alas kaki merupakan salah satu industri yang terus meningkat nilai perdagangannya, dengan rata-rata nilai surplus dalam lima tahun terakhir mencapai US$ 2,84 miliar.
Pada akhir tahun 2014, surplus perdagangan produk alas kaki mencapai US$ 3,7 miliar. Namun pemenuhan pangsa pasar dunia industri alas kaki Indonesia baru mencapai 3 persen. Hal ini perlu ditingkatkan agar devisa yang dihasilkan lebih banyak.
URSULA FLORENE SONIA