TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Bos PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) Ismed Hasan Putro akan kembali ke bisnis sawit dan properti setelah dicopot dari kursi Direktur Utama RNI. Ismed mengaku punya kebun sawit di Riau dan bisnis trading serta properti di Jawa dan Bali.
"Sekalian mau fokus rencana mendirikan pesantren," katanya saat dihubungi Tempo, Rabu, 6 Mei 2015.
Ismed mengklaim tak kehilangan apapun ketika diberhentikan dari RNI sejak Selasa, 5 Mei 2015. Menurut Ismed, justru secara materi penghasilannya di RNI jauh lebih kecil dibanding mengelola bisnisnya sendiri. Namun ia mengaku belajar banyak setelah empat tahun menjadi Komisaris RNI dan menjadi direktur utamanya selama 3 tahun terakhir.
"Saatnya menekuni bisnis pribadi. Sudah saatnya saya urus itu," katanya.
Kendati tak merasa kehilangan jabatan, kata Ismed, dia tetap mempertanyakan alasan Menteri BUMN Rini Soemarno selaku pemegang saham memberhentikan dirinya. Menurut Ismed, alasan Kementerian memberhentikan dirinya karena kinerja RNI memburuk tak berdasar. Sebab, kerugian RNI pada 2014 yang mencapai Rp 200 miliar bukan karena salah manajemen, tapi kebijakan pemerintah yang membiarkan impor gula rafinasi dan menghancurkan harga gula lokal. Menurut Ismed, 60 persen kinerja RNI ditopang oleh gula.
"Pemberhentian saya ini ada faktor X-nya. Saya masih punya hak membela, tapi nanti kesannya saya mencari jabatan," kata Ismed.
Tahun lalu, RNI mencatat kerugian Rp 200 miliar. Angka itu anjlok jauh dibanding kinerja perusahaan pada 2013 yang mencatat laba komprehensif tahun berjalan sebanyak RP 33,242 miliar. Pada 2012, RNI membukukan laba bersih sebesar Rp 270,32 miliar atau naik signifikan dibanding tahun 2011 di mana RNI mencetak rugi sebesar Rp 68,45 miliar.
Ismed baru menjabat selama 3 tahun 2 bulan sejak pertama kali ditunjuk menjadi bos RNI pada awal 2012 oleh mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan. Pemberhentian Ismed berlaku efektif sejak kemarin, Selasa, 5 Mei 2015.
KHAIRUL ANAM