TEMPO.CO, Jakarta - Pernyataan Presiden Joko Widodo soal ketergantungan Indonesia pada Dana Moneter Internasional (IMF) memicu polemik. Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun berkomentar dalam akun Twitter-nya.
Mantan Presiden yang juga Ketua Umum Partai Demokrat itu berkomentar mengoreksi kesalahan data Presiden Jokowi. "Pak Jokowi mengatakan yang intinya Indonesia masih pinjam uang ke IMF. Berarti kita dianggap masih punya utang kepada IMF," begitu bunyi salah satu kicuan SBY.
Seperti diketahui, sejak didera krisis ekonomi tahun 1998, Indonesia menjadi 'pasien' lembaga pemberi peminjam yang berkantor pusat di Washington DC, Amerika Serikat. Indonesia terus berupaya untuk mempercepat pelunasan utang ke IMF.
Pelunasan utang Indonesia ke IMF dilakukan dalam dua periode tahun 2006. Berikut rinciannya:
Sisa cicilan utang Indonesia ke IMF sejatinya dijadwalkan jatuh tempo pada 2010 senilai total US$ 7,5 miliar. Namun, karena perekonomian Indonesia terus membaik, pemerintah dan Bank Indonesia memutuskan mempercepat pelunasan utang pada tahun 2006. Alasan yang menguatkan pelunasan adalah cadangan devisa hingga triwulan ketiga tahun 2006 meningkat menjadi US$ 42,36 miliar.
"Dengan lunasnya utang ini, sekarang kita punya level of playing field yang sama dengan anggota lain yang normal. Bukan anggota yang sakit," tutur Gubernur Bank Indonesia Burhanuddin Abdullah kala itu. Sebelumnya, pada Juni 2006, bank sentral telah membayar US$ 3,7 miliar kepada IMF.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Hartadi A. Sarwono mengatakan, total sisa pembayaran utang ke IMF yang dibayarkan adalah US$ 3,2 miliar. Perinciannya, US$ 3,1 miliar sisa utang pokok dan sisanya bunga utang.
Menurut dia, percepatan pelunasan ini menghemat biaya negara. "Setelah dikurangi dengan biaya penalti karena mempercepat pembayaran (senilai US$ 500 ribu), kita bisa save US$ 21,5 juta," katanya.
EVAN | PDAT Sumber Diolah TEMPO