TEMPO.CO , Jakarta: Kepala Ekonom Bank Central Asia Tbk, David Sumual mengapresiasi pernyataan Presiden Joko Widodo yang mengajak negara-negara di Asia dan Afrika untuk tidak tergantung pada lembaga donor pinjaman internasional. Dengan sikap itu, menurut David, Indonesia mempunyai pilihan yang lebih luas untuk mencari pinjaman selain World Bank, Bank Pembangunan Asia (ADB) dan Dana Monter Internasional (IMF).
"Saya lihat semakin baik. Jadi selain pinjam ke ADB dan World Bank, bisa juga dengan Islamic Development Bank serta bank komersial, ya tidak apa-apa," kata David ketika dihubungi Tempo pada Rabu, 22 April 2015.
Dengan banyaknya pilihan, menurut David, Indonesia bisa menaikkan posisi tawar dengan lembaga-lembaga peminjam keuangan. Musababnya, kata David, posisi tawar Indonesia selama ini lemah. "Jadi bisa pilih pinjaman yang biayanya murah."
Meski begitu, David meminta Indonesia jangan menutup satu pintu. Alasannya, menurut dia, Indonesia masih membutuhkan dana untuk pembangunan infrastruktur. Apalagi, Indonesia sering meminjam dana dari World Bank dan ADB. "Berposisi pada satu pihak pun juga tidak baik.Jangan membatasi pilihan," katanya.
Adapun mengenai bunga pinjaman dari lembaga donor pinjaman, menurut David, biasanya lebih kecil. Namun dia tidak dapat menyebutkan angkanya secara pasti. "Tergantung seberapa besar nilai proyek dan suku bunga pasar."
Yang terpenting dalam meminjam dana, misalnya untuk infrastruktur, menurut David, Indonesia harus mengupayakan bahan-bahan dan sumber daya manusia dari dalam negeri. "Contohnya kontraktor dari Indonesia, jangan dari asing," kata David.
Sebelumnya dalam pidato di Konferensi Asia Afrika, Jokowi mengajak negara-negara di dunia ketiga untuk tidak tergantung kepada World Bank, Asian Development Bank dan IMF. "Kami harus membuat aturan ekonomi dunia baru yang terbuka kepada kekuatan ekonomi baru," ujar Jokowi.
SINGGIH SOARES