TEMPO.CO, Jakarta - Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) menyebut langkah PT Pertamina meluncurkan produk bahan bakar minyak RON 90 atau Pertalite menyesatkan publik.
Musababnya, menurut Direktur Program KPBB Karya Ersada, Pertalite tidak memenuhi standar Euro 2. "Kami anggap pemikiran sesat, karena seharusnya ke RON 92," kata Karya di kantor KPBB di kawasan Sarinah, Jakarta Pusat, Selasa, 21 April 2015.
Pertamina, menurut Karya, seharusnya menambahkan dua oktan lagi. Alasannya, kendaraan bermotor di Indonesia sudah menerapkan standar Euro 2 sejak 2007. Teknologi mesin harusnya menggunakan bahan bakar yang lebih bagus, katanya, yaitu RON 91 ke atas.
Di banyak negara di dunia, Karya mengatakan, tidak ada negara yang menggunakan RON 90. Malaysia dan Thailand, ucap dia, bahkan memakai bahan bakar dengan level di atas RON 91. "Jadi pemerintah jangan membodohi masyarakat," ujar Karya.
Peluncuran Pertalite juga tidak sejalan dengan keinginan tim Antimafia Migas. Tim yang dipimpin Faisal Basri itu mengharapkan RON 88 dihapus dan digantikan dengan RON 92. "Tim Antimafia kurang puas," ujar Karya.
Sebelumnya, Pelaksana tugas Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, I.G.N. Wiratmadja, mengatakan pemerintah mendukung rencana Pertamina. Menurut dia, peluncuran produk baru itu bebas dari kepentingan pihak tertentu.
Formula BBM baru ini juga, menurut dia, sudah dilaporkan ke Komisi Energi Dewan Perwakilan Rakyat. "Pertamina sebagai distributor sudah semakin transparan," kata dia dalam konferensi pers di kantornya semalam.
Vice President Fuel Marketing Pertamina Muhammad Iskandar menjelaskan Pertalite bakal dijual di Jakarta pada Mei. Dia menjelaskan Pertalite hadir bukan menggantikan Premium karena perusahaannya masih memproduksi Premium.
"Ini murni bisnis jadi ini varian produk. Jadi jangan sampai keliru misinya untuk tarik Premium. Margin ke SPBU pasti lebih bagus," katanya kepada pers akhir pekan lalu.
SINGGIH SOARES