TEMPO.CO, Jakarta - Pembangkit listrik tenaga nuklir dinilai belum bisa dibangun di Indonesia. Kondisi alam Indonesia yang rawan gempa serta ketersediaan energi lain membuat nuklir menjadi alternatif terakhir sebagai sumber pembangkit listrik.
Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan pendapat dunia internasional tentang penggunaan nuklir sebagai energi alternatif pun terbelah. “Beberapa negara, seperti Jepang, sudah mulai menurunkan produksinya karena pencemaran lingkungan," kata JK dalam seminar tentang diversifikasi energi di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa, 14 April 2015.
Di sisi lain, kata JK, Korea Selatan justru baru mulai melakukan pengembangan. Di Indonesia, kata JK, energi alternatif ini tak mudah diterapkan. Sebab kondisi Indonesia rawan gempa. Selain itu, energi alternatif lain, seperti geothermal, batu bara, serta tenaga surya dan hidro masih melimpah. "Ini jelas beda dengan negara-negara lain. Kita ini negara kaya sumber daya alam."
Menurut JK, negara-negara maju, seperti Amerika Serikat, tak bergantung pada tenaga nuklir sebagai pembangkit listrik. Sekitar 60 persen energi untuk kebutuhan pembangkit listrik di Negeri Abang Sam justru berasal dari batu bara.
Indonesia pernah mencoba membangun pembangkit listrik tenaga nuklir di daerah Kudus, Jawa Tengah. Walaupun baru rencana, warga sekitar sudah menolaknya. Alasannya, kata Kalla, pembangunan tersebut dianggap membahayakan lingkungan. “Tapi pada dasarnya semua energi punya risiko,” ujarnya.
"Diversifikasi energi memiliki tiga syarat utama. Selain harga harus murah, energi alternatif juga harus bersih dan mudah diperoleh."
FAIZ NASHRILLAH