TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat politik sekaligus Direktur Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS), Sukardi Rinakit, membenarkan ihwal pesan pendek yang beredar atas namanya terkait dengan penolakan menjadi Komisaris Utama Bank Tabungan Negara (BTN). Menurut Sukardi, informasi soal pengangkatan dirinya menjadi komisaris utama diperoleh dari salah seorang temannya yang bekerja di Kementerian BUMN.
"Saya diberi tahu oleh teman di BUMN ditunjuk menjadi komisaris. Tapi hati saya bukan di sana, saya tidak mau bekerja dengan kepala kosong karena pasti hanya akan menjadi beban," kata Sukardi saat dihubungi Tempo, Senin, 6 April 2015.
Sukardi mengaku pernah menanyakan kepada salah seorang pejabat di Kementerian BUMN apa alasannya dipilih menjadi komisaris. Setelah mendapatkan jawaban, Sukardi tak mau mengubah keputusannya karena tak mau membebani BTN yang kinerjanya sudah baik.
"Saya dianggap berintegritas dan bisa memastikan program pemerintah soal rumah untuk warga miskin. Tapi dunia saya di politik, bukan diperbankan. Saya sama sekali tidak ada perhatian soal perbankan. Jika saya terima, maka hanya akan menjadi beban," ujar dia.
Pada 24 Maret lalu, BTN mengumumkan jajaran komisaris baru. Keputusan pergantian tersebut setelah melalui rapat pemegang saham. Sukardi dipilih menjadi Komisaris Utama BTN. Sementara komisaris independen diisi oleh Kamaruddin Sjam, Amanah Abdulkadir, Catherinawati Hadiman, dan Arie Coerniadi. Sedangkan komisaris diisi Agung Kuswandono dan Lucky Fathul Aziz.
ANGGA SUKMAWIJAYA