TEMPO.CO, Jakarta - Akibat utang perusahaan yang membengkak dan modal yang negatif, perusahaan operator telekomunikasi anak usaha Grup Bakrie, PT Bakrie Telecom Tbk. (BTEL), mulai mengurangi jumlah karyawannya. Presiden Direktur Bakrie Telecom Jastiro Abi mengatakan pengurangan pegawai sebagai strategi perusahaan agar operasional menjadi lebih efektif.
”Tapi jumlahnya tidak seberapa, tidak sampai 800 karyawan. Setengahnya dari itu juga enggak sampai,” kata Jastiro ketika dihubungi Tempo, Selasa, 10 Maret 2015. Jastiro enggan merinci jumlah karyawan yang akan dirumahkan oleh perusahaan.
Baca Juga:
Menurut Jastiro, pengurangan karyawan merupakan bagian dari langkah efisiensi agar operasional perusahaan lebih efektif. Dia membantah kabar bahwa perusahaan terancam bangkrut dengan adanya pengurangan karyawan tersebut. ”Operasional tetap jalan seperti biasa, tapi kondisi keuangan perusahaan memang memaksa kami melakukan efisiensi,” ujarnya.
Jumlah karyawan perusahaan operator telekomunikasi berbasis code division multiple access (CDMA) dengan merek Esia itu per Desember 2013 mencapai 1.438 orang. Jika karyawan yang dirumahkan mencapai 400 orang, itu berarti 28 persen dari total jumlah karyawan perusahaan.
Sejak 2011, BTEL selalu mencatatkan rugi bersih dan mulai 2013 mencatatkan ekuitas negatif. Rinciannya, pada 2011 perusahaan mencatatkan rugi Rp 782,7 miliar, kemudian kerugian melonjak jadi Rp 3,13 triliun pada 2012, dan Rp 2,64 triliun pada 2013. Pada kuartal I 2014, perusahaan sempat membukukan laba bersih Rp 210 miliar karena terdongkrak selisih kurs. Namun, pada kuartal III 2014, rugi bersih kembali membengkak menjadi Rp 1,52 triliun.
Baca Juga:
Perusahaan juga mencatatkan defisiensi modal Rp 3,3 triliun pada triwulan III 2014. Jumlah ini membengkak dari periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp 1 triliun. Di sisi lain, jumlah utang sudah melampaui nilai aset perusahaan. Nilai liabilitas BTEL per September 2014 sebesar Rp 10,940 triliun atau 143 persen dari jumlah aset perusahaan yang sebesar Rp 7,63 triliun. Sebesar 98 persen liabilitas perusahaan merupakan kewajiban jangka pendek.
BTEL menggunakan skema obligasi wajib konversi untuk melunasi kewajibannya. Tiga kreditor perseroan, yakni Huawei Tech Investment Co Ltd., PT Solusi Tunas Pratama Tbk., dan PT Profesional Telekomunikasi Indonesia akan mendapat saham BTEL dengan skema konversi itu. ”Kami masih memproses rencana ini. Dalam waktu dekat akan kami bicarakan dalam rapat umum pemegang saham luar biasa,” ujar Jastiro.
PRAGA UTAMA