TEMPO.CO, Jakarta - Penanganan kotak hitam pesawat Air Asia QZ8501 oleh Komite Nasional Kecelakaan Transportasi (KNKT) sempat diragukan oleh negara lain. Menurut Ketua KNKT Tatang Kurniadi, kemampuan investigasi Indonesia terhadap kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501 sempat diragukan. "Sampai-sampai ruangan laboratorium kita yang sederhana ini diintip," ujar Tatang kepada wartawan di kantor KNKT, Jakarta, Kamis, 29 Januari 2015. (Baca: KNKT Rilis Penyelidikan Air Asia, Ada 18 Poin)
Tatang mengatakan mungkin negara asing ragu karena kantor KNKT relatif kecil dan baru. Fasilitas laboratorium flight recorder di bagian depan kantor KNKT, kata Tatang, diresmikan oleh Menteri Perhubungan pada 17 Agustus 2009. (Baca: Kenapa Korban Air Asia Terbawa ke Sulawesi?)
Tatang menyatakan kemampuan KNKT melakukan investigasi kecelakaan tak perlu diragukan. Sejak diresmikan, laboratorium KNKT telah berhasil membaca puluhan kotak hitam berbagai jenis pesawat. "Total ada 157, terdiri atas 84 cockpit voice recorder dan 73 flight data recorder," ujarnya.
KNKT merilis hasil sementara penyelidikan terhadap kotak hitam pesawat Air Asia QZ8501 yang jatuh di Selat Karimata pada 28 Desember 2014. Tatang memastikan para investigator di instansi yang dipimpinnya itu telah membuka kotak hitam dan mulai mengambil data dari alat tersebut. Untuk mengetahui penyebab utama kecelakaan QZ8501, KNKT memperkirakan membutuhkan waktu 12 bulan.
Dari penyelidikan tersebut, ada 18 poin penting yang diperoleh KNKT. Salah satu temuan penting KNKT menyangkut pengendali pesawat tersebut sebelum jatuh. Menurut Kepala Investigasi AirAsia KNKT, Mardjono Siswosuwarno, kopilot Remi Emmanuel Plesel mengendalikan Air Asia QZ8501 sebelum pesawat itu celaka. Remi yang bertindak sebagai orang kedua yang memiliki otoritas atau second in command saat itu menerbangkan pesawat, sedangkan "Kapten bertindak sebagai pilot monitoring," katanya di kantornya, Kamis, 29 Januari 2015.
PINGIT ARIA
Berita Terpopuler
Budi Gunawan Didukung Mega? Ini Kata Wakapolri
Diminta Mundur Tim Jokowi, Budi Gunawan Bereaksi
Ketua Tim 9: Sttt, Jokowi Tak Pilih Budi Gunawan