TEMPO.CO, Jakarta - Juru bicara PT Pertamina Ali Mundakir mengaku perseroan siap memberikan data dan informasi kepada Tim Reformasi Tata Kelola Migas. Namun Pertamina ingin Tim Reformasi tidak menyampaikan ke publik dan segera mengklarifikasi jika ada informasi yang janggal atau dinilai kurang.
"Jangan diwacanakan ke publik sampai lengkap, gitu lho," katanya saat ditemui Tempo di kantor pusat Pertamina, Selasa, 9 Desember 2014. (Jero Wacik Bakal Dijerat Pasal Pencucian Uang)
Dia mencontohkan soal pencampuran RON 92 (research octane number) dengan RON 70 yang diwacanakan Tim Reformasi ke publik. Menurut dia, produksi kilang Pertamina baru mencapai RON 60 hingga 70. Selain itu juga banyak memproduksi nafta. Alasannya saat kilang pertamina dibangun, didesain untuk berfokus pada produksi bensin Premium, kerosin, dan solar. Untuk mengoptimasi nafta, Pertamina menyampurkan High Octane Mogas Component (HOMC) yang memiliki RON 92. (Jero Tersangka, Eks Dirut Pertamina Akan Diperiksa)
"HOMC Ini bukan Pertamax, lho," katanya. Pertamax, kata dia, adalah produk jadi yang mengandung zat aditif, pembersih mesin dan anti detonasi. Sedangkan HOMC belum menjadi produk jadi. Dia mengibaratkan HOMC seperti kuah dan Premium adalah soto.
Karena itu, dia meminta Tim Reformasi mendalami proses bisnis Pertamina terlebih dulu. Dia membantah Pertamina dinilai defensi terhadap pernyataan Tim Reformasi tentang bisnis migas. Menurut dia, Pertamina hanya merespons pernyataan yang dinilai kurang lengkap. "Sebagai juru bicara Pertamina, saya perlu klarifikasi informasi kurang tepat atas Pertamina." (Pertamina Merugi Rp 444 Miliar Akibat Pencurian)
Kendati demikian, Ali mengklaim, Pertamina terbuka memberikan informasi ke publik selama tidak bersifat rahasia bagi kepentingan perusahaan. Dia mengatakan setiap Pertamina dimintai data dan informasi, perseoran selalu memberikan. "Apalagi ke Tim, bukan hanya bersedia, tetapi most welcome," katanya.
Sebelumnya, Anggota Tim Reformasi Tata Kelola Migas, Fahmi Radhi, mengatakan Tim Reformasi tak bermaksud menyerang PT Pertamina (Persero) perihal upaya memperbaiki tata kelola migas nasional. "Seolah ada pertentangan yang hebat antara kami dan Pertamina. Padahal tidak," kata Fahmi.
Menurut Fahmi, sebenarnya Tim Reformasi ingin duduk bersama dan mengklarifikasi semua indikasi praktek mafia minyak dan gas bumi di Pertamina. (Pertamina Siap Diperiksa KPK)
Namun Fahmi mengakui, beberapa data dan fakta tentang pengelolaan migas nasional melalui Pertamina baru terbuka setelah Tim Reformasi membuka indikasi-indikasinya ke publik. Fahmi mencontohkan fakta bahwa Pertamina mengimpor HOMC RON 92 dan mencampurnya dengan Nafta RON 70 yang dihasilkan oleh kilang minyak Pertamina agar menjadi Premium RON 88."Baru keluar belakangan saja setelah kami tanyakan," kata Fahmi.
Data dan fakta lain yang akhirnya baru dibuka oleh Pertamina, kata Fahmi, adalah penentuan harga jual pokok BBM bersubsidi. Penentuan harga jual pokok itu, kata Fahmi, perlu dibuka agar ketika terjadi kenaikan harga BBM bersubsidi, tak ada resistensi dari DPR atauypun masyarakat karena mereka tahu harga sebenarnya dari BBM bersubsidi.
ALI HIDAYAT
Baca berita lainnya:
Skenario Nasib Dua Golkar Menurut Menteri Laoly
Menteri Susi Tangkap 22 Kapal Ikan Cina
Ruhut Ungkap Agenda di Balik Pertemuan Jokowi-SBY
Jokowi-SBY Bertemu, Peta Politik DPR Berubah Total
Jokowi-SBY Goyahkan Koalisi Prabowo